arrahmahnews

Rusia, Turki dan Iran Tandatangani Kesepakatan Zona Aman di Suriah

Jum’at, 5 Mei 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, ASTANA – Turki, Iran dan Rusia, tiga negara di balik upaya perdamaian di Suriah, telah menandatangani sebuah memorandum untuk menciptakan zona de-eskalasi di Suriah.

Kesepakatan itu ditandatangani pada putaran keempat perundingan perdamaian Suriah di ibukota Kazakhstan, Astana, pada hari Kamis, kantor berita Reuters melaporkan.

Pada hari Rabu, Moskow mengemukakan gagasan untuk mendirikan zona aman di empat wilayah, utara, tengah dan selatan Suriah, di mana pertempuran paling sengit sedang berlangsung antara pemerintah Suriah dan kelompok militan yang berbeda.

Usulan Rusia tersebut berusaha untuk “segera mengakhiri kekerasan” yang mencengkeram di Suriah dan “memberikan kondisi keamanan, [dan] kembalinya pengungsi secara sukarela,” AFP melaporkan dengan mengutip versi inisiatif yang diberikan oleh seorang sumber yang dekat dengan oposisi.

Menteri Luar Negeri Kazakhstan Kairat Abdrakhmanov telah mengumumkan bahwa putaran kelima perundingan Astana akan diadakan pada pertengahan Juli.

Setelah kesepakatan tersebut tercapai, beberapa anggota delegasi oposisi Suriah meneriakkan protes dan keluar dari perundingan Astana.

Oposisi Suriah mengatakan rencana zona aman membagi bangsa.

Delegasi oposisi Suriah di Astana mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya tidak dapat menerima pembangunan zona aman di Suriah, karena rencana tersebut mengancam integritas teritorial negara tersebut.

“Kami ingin Suriah menjaga integritasnya,” kata delegasi oposisi Osama Abu Zaid seperti dikutip oleh Reuters.

Dia menambahkan, “Kami menentang pembagian Suriah. Mengenai kesepakatan tersebut, kami bukan pihak dalam kesepakatan tersebut dan tentu saja kami tidak akan pernah mendukungnya selama Iran disebut sebagai negara penjamin.”

Utusan PBB: zona aman langkah menuju perdamaian di Suriah

Setelah upacara penandatanganan tersebut, Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura memuji rencana zona aman tersebut sebagai langkah menuju arah penghentian permusuhan yang sesungguhnya di Suriah.

“Hari ini di Astana saya pikir kita bisa menyaksikan sebuah langkah positif yang menjanjikan dan penting ke arah yang benar dalam proses de-eskalasi konflik,” katanya.

Lavrov: Zona aman langkah kunci untuk mengkonsolidasikan gencatan senjata

Sebelumnya pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menggarisbawahi pentingnya pembentukan zona de-eskalasi di Suriah, dengan mengatakan bahwa inisiatif tersebut dapat menjadi langkah kunci untuk memperkuat gencatan senjata.

“Gagasan yang relatif baru sedang dibahas di Astana: pembentukan zona de-eskalasi di Suriah dengan partisipasi semua pihak yang berkepentingan dan tentu saja [mendapatkan] persetujuan pemerintah Suriah, yang seharusnya menjadi langkah penting untuk memperkuat gencatan senjata,” katanya setelah melakukan pembicaraan dengan rekannya dari Finlandia, Timo Soini, di Porvoo.

Pada hari Rabu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dia telah membahas zona de-eskalasi dengan Damaskus dan Teheran serta rekan-rekannya dari Turki dan AS, Recep Tayyip Erdogan dan Donald Trump.

Di tempat lain dalam sambutannya, Lavrov berharap bahwa putaran terakhir perundingan Suriah yang ditengahi PBB di kota Jenewa, Swiss akan diadakan bulan ini.

Rusia siap untuk bekerja sama dengan AS, Arab Saudi di Suriah

Juga pada hari Selasa, Utusan Khusus Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentyev menyatakan kesiapan Moskow untuk bekerja lebih dekat dengan AS dan Arab Saudi mengenai krisis Suriah.

“Sayangnya, Amerika masih mengabaikan usaha kita untuk membangun kerjasama militer yang lebih dekat, tapi kami akan terus berusaha,” kata Lavrentyev.

Erdogan: zona de-eskalasi bisa mengurangi 50% konflik Suriah

Erdogan mengatakan pada hari Kamis bahwa dia percaya bahwa jika gagasan untuk menciptakan “zona aman diterapkan, maka 50 persen masalah Suriah dapat dipecahkan.”

Berbicara kepada wartawan Turki saat terbang kembali dari kota resor Sochi Laut Hitam, Erdogan mengatakan bahwa zona de-eskalasi akan mencakup provinsi Idlib, bagian dari provinsi Aleppo, distrik al-Rastan di provinsi Homs, dan bagian-bagian kota Damaskus dan Dara’a.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa perjanjian zona aman Suriah akan mencakup seluruh provinsi Idlib, serta bagian-bagian dari provinsi Aleppo, Latakia dan Homs.

Kesepakatan tersebut akan melarang semua penggunaan senjata dan memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut, Kementerian Luar Negeri Turki menambahkan. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca