Amerika

Siapa Jeremy Christian, Pria Rasis Pembunuh 2 Orang Pembela Muslimah AS?

Kamis, 01 Juni 2017,

ARRAHMAHNEWS.COM, PORTLAND – Surat kabar Oregon, the Oregonian, menyebut bahwa jika dilihat dari halaman Facebook Jeremy Joseph Christian, pria yang diduga membunuh dua orang di penghujung Hollywood MAX karena membela dua gadis muslim pada hari Jum’at menjelang bulan suci Ramadhan kemarin itu, terungkap pandangan politiknya yang bergeser yang sering kali bertentangan satu sama lain, meskipun tetap mempertahankan tema tertentu, seperti membenci sunat/khitan dan Hillary Clinton. (Baca juga: Rasisme Melonjak Tajam di Seluruh AS Pasca Kemenangan Trump)

Di halaman Facebooknya dia memuji pembom Oklahoma City Timothy McVeigh dan memposting ancaman pembunuhan terhadap Hillary Clinton.

Dalam sebuah rekaman video, tampak juga Christian melakukan penghormatan ala Nazi, dan meneriakkan slogan rasial saat membalut dirinya dengan bendera Amerika.

Menurut Shane Burley, penulis asal Portland dari buku yang akan segera terbit “Fascism Today (Fasisme Hari Ini)”, ketidakjelasan itu adalah ciri ekstremisme.

“Memiliki kontradiksi ideologis adalah hal yang cukup normal dengan kaum nasionalis kulit putih,” jelas Burley melalui telepon pada hari Selasa. (Baca juga: Donald Trump Banjir Kritik Atas Sikap Rasisnya Anggap Muslim “Teroris”)

Tersangka pembunuh ini juga menulis: “Jika Donald Trump adalah Hitler lain maka saya akan bergabung dengan SS-nya”.

Christian juga menyuarakan dukungan untuk Senator Bernie Sanders, kandidat presiden Demokrat 2016, yang sinis terhadap Wall Street.

Pada hari Selasa siang, Jeremy Joseph Christian, 35 tahun, didakwa atas tuduhan pembunuhan yang disengaja, percobaan pembunuhan, intimidasi, dan kepemilikan senjata. Dia dituduh membunuh Ricky John Best, 53, dari Happy Valley, dan Taliesin Myrddin Namkai-Meche, 23, dari Southeast Portland.

Taliesin Myrddin Namkai Meche, dan Ricky John Bes, korban penikaman Jeremy

Kedua pria itu ditikam di tenggorokan di atas kereta MAX saat mereka berusaha membela dua wanita muda muslim dari ejekan rasis orang Kristen. Pria ketiga, Micah Fletcher, 21, juga ditikam di leher tapi selamat dari serangan tersebut.

Salah seorang gadis yang diteriaki saat itu, Destinee Mangum, 16, mengatakan bahwa dia sedang bersama seorang temannya yang mengenakan jilbab untuk malam pertama bulan Ramadan – bulan tersuci Islam – ketika tersangka menyasar mereka.

“Dia berteriak bahwa kami harus pulang ke Arab Saudi, dan dia mengatakan bahwa kami seharusnya tidak berada disini, dan harus keluar dari negara dia,” katanya kepada KPTV-TV, menambahkan, “Dia mengatakan kepada kami bahwa pada dasarnya kami tak ada artinya dan bahwa kami seharusnya bunuh diri saja.”

Ibu dari Namkai-Meche, Asha Deliverance, menulis surat terbuka kepada Presiden Donald Trump di akun Facebook-nya, dan mendesaknya untuk ‘mengambil tindakan.’

“Kata-kata dan tindakan Anda akan menanentukan, di Amerika dan seluruh dunia,” tulisnya.

“Tolong dorong semua rakyat Amerika untuk melindungi dan menjaga satu sama lain. Tolong kutukan tindakan kekerasan apa pun, yang merupakan akibat langsung dari ujaran kebencian dan kelompok-kelompok pembenci.”

Presiden Trump sebelumnya mengatakan bahwa serangan itu ‘tidak bisa diterima’. Polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki latar belakang ideologi ekstremis dari Jeremy Christian.

Pada sebuah acara ‘Mimbar Bebas’ di Portland pada tanggal 29 April, polisi menyita sebuah tongkat bisbol yang diduga digunakannya untuk mengancam kaum liberal yang melakukan aksi protes.

Sementara itu, ketiga pria pembela dua muslimah mendapat penghargaan besar bagi masyarakat yang menyebut mereka sebagai pahlawan. Hampir 1.000 orang berkumpul untuk mengenang Namkai-Meche, 23, seorang lulusan universitas, dan Best, seorang veteran tentara berusia 53 tahun, ayah dari empat anak, pada Sabtu (27/05) malam.

Penghormatan bagi para pria tersebut juga disampaikan oleh wali kota Oregon, dan juga Gubernur Oregon Kate Brown serta mantan kandidat presiden Hillary Clinton, yang menyebut kematian mereka “menyedihkan”.

“Tak seorang pun pantas menerima hinaan rasial ini,” katanya di Twitter. “Tak ada seorang pun yang harus mati untuk menghentikannya.” (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca