arrahmahnews

10 Faktor Mengapa Saudi Cs Putuskan Hubungan dengan Qatar

Selasa, 06 Juni 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, DOHA – Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir dan Libya telah memutuskan hubungan diplomatik dan menutup semua kontak darat, laut dan udara dengan Qatar atas tuduhan negara Teluk Persia itu telah mendukung terorisme dan mencampuri urusan dalam negeri mereka.

Riyadh pada hari Senin (05/06) memutuskan hubungan pertama kali, kemudian Riyadh “mendesak semua negara koalisinya untuk melakukan hal yang sama.” Alasan utama”, menurut pernyataan Saudi, adalah karena “pelanggaran berat yang dilakukan oleh pihak berwenang di Qatar selama beberapa tahun terakhir.” Namun Qatar membantah melakukan kesalahan apapun.

Ada banyak alasan mengapa Saudi kini tak bisa memepercayai Qatar. Mereka hanya perlu melihat ke cermin, maka di sana mereka akan bertemu dengan satu-satunya pengkhianat . Dalam sebuah opini di media FNA pada Senin (05/06), setidaknya ada 10 poin yang menjelaskan fenomena menghebohkan yang terjadi di Timur Tengah akhir-akhir ini tersebut.

1) Jauh sebelum insiden pemutusan hubungan hari Senin, Qatar telah berpaling dari Arab Saudi dan kebijakan destruktifnya di kawasan. Setelah tiga pertemuan puncak diadakan di Riyadh, Qatar berbicara menentang keputusan KTT tersebut dan kemudian media Qatar mengecam Bahrain serta membela gerakan perlawanan dan Iran, dengan mengatakan bahwa Iran adalah sebuah kekuatan Islam dan Hizbullah serta Hamas mewakili rakyat mereka, mereka sama sekali bukan teroris.

2) Langkah putus asa dalam kebijakan Saudi kali ini dilakukan berdasar pada ambisi besar untuk mendominasi kawasan sementara kekuatan sudah jauh melemah. Koalisinya untuk mengembalikan seorang presiden boneka di Yaman gagal, Perang rezim-perubahannya di Irak dan Suriah bekerja sama dengan kelompok-kelompok teror juga gagal. Qatar menyadari itu.

Qatar tahu lebih baik daripada yang lain bahwa dunia saat ini sedang menuju ke arah mengadopsi kebijakan praktis yang akan membatasi Arab Saudi, Al Qaeda dan ISIS (yang baru saja melakukan tiga serangan teror di Inggris). Sementara Saudi tidak tahu di mana posisi mereka, jadi situasinya semakin meningkat.

3) Amerika dan Saudi gagal untuk memisahkan negara-negara Levant. Mereka berada di ujung tali, berusaha mengikat simpul dan bertahan. Inilah saat pertanggung jawaban, waktunya sebuah perubahan, waktunya untuk berhenti menyalahkan orang lain atas kegagalan mereka.

Menyalahkan Qatar tidak akan memperkuat Saudi, pun menyalahkan Iran tidak akan memperkuat Amerika. Hal itu justru membuat mereka terjebak dalam perang tak berujung di Suriah, Irak dan Yaman, tempat-tempat yang memberi mereka dilemma, tak bisa menang, juga tak ingin membuat keputusan yang menyakitkan untuk pergi karena berarti harus mempertanggung jawabkan petualangan militer mereka yang hanya menghasilkan bencana itu.

4) Saudi tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi, karenanya mereka memilih menyalahkan Qatar atau Iran daripada bertanggungjawab. Mereka adalah pihak yang dikecam secara global atas dukungan dan pendanaan penuh untuk kelompok teroris, ekstremis dan sektarian di seluruh kawasan. Desakan mereka terhadap perubahan rezim bahkan mengguncang keamanan dan stabilitas seluruh planet ini.

Pemimpin Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn, bahkan telah menantang PM Inggris Theresa May untuk meneruskan penyelidikan yang telah lama tertunda mengenai pendanaan dan dukungan Saudi terhadap kelompok teroris di Inggris, setelah Home Office menyarankan agar penyelidikan tidak dipublikasikan. Penyelidikan arus pendapatan untuk kelompok ekstremis diperkirakan berfokus pada Arab Saudi, sementara PM May mengatakan ” menantang terorisme akan memerlukan beberapa percakapan yang sulit dan seringkali memalukan.

5) Memebongkar borok sendiri. Riyadh tidak membodohi siapapun saat mengatakan koalisinya yang melancarkan perang kotor ke Yaman telah mengakhiri keanggotaan Qatar. Yaman terbakar karena kebijakan dan praktik Riyadh dalam memperkuat terorisme, dan dukungannya untuk kelompok teroris yang ditunjuk secara internasional seperti Al Qaeda dan ISIS, serta pemberontak “moderat” di Suriah.

6) Krisis ini merupakan efek tak diinginkan yang bermula dari kunjungan Presiden Trump ke kawasan bulan lalu, ditandai dengan penandatanganan kesepakatan senjata senilai 110 miliar dolar dengan Arab Saudi. Rupanya, kunjungan tersebut gagal “untuk membuat Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya berdiri dalam kesatuan dengan Israel dan menghadapi Iran.”

Sebaliknya, hal tersebut justru melemahkan koalisi favorit Amerika itu, meningkatkan ketegangan antara Riyadh dan Doha, bahkan Pakistan, Kuwait dan Oman yang menolak Untuk memutuskan hubungan dengan Qatar.

Semua karena sebuah artikel di kantor berita Qatar yang mengutip kritik Emir Negara tersebut terhadap Washington, Riyadh dan antek-antek mereka karena berusaha membangkitkan ketegangan dengan “kekuatan Islam” Iran.

7) Perang melawan Suriah menciptakan sekutu yang aneh. Bukan Qatar dan Riyadh saja yang telah “mengkhianati” dunia Islam terutama pada saat umat Islam perlu menggalang persatuan melawan AS dan Israel yang telah melakukan perang permanen terhadap Islam. Qatar memang memiliki andil atas kesalahannya dalam hal ini, tentu saja! Tapi Arab Saudilah yang mengizinkan dan mendorong pendanaan ekstremis Takfiri seperti ISIS dan Al-Qaeda.

8) Arab Saudi dan UEA juga sama-sama dikecam karena bersekutu dengan Israel dan mendukung kelompok teroris lainnya di Jazirah Arab. Eskalasi tersebut memunculkan persaingan pahit yang mendasar di antara mereka untuk berebut pengaruh di Yaman. Perselisihan mereka dengan Qatar dibuat untuk mengalihkan perhatian kita dari diskusi serius tentang kampanye mereka yang gagal di Yaman dan sekitarnya.

9)Terakhir, semua ini mungkin tipu daya untuk mempermainkan Iran. Saudi sangat ingin membuat seolah-olah Iran adalah kekuatan pemecah-belah sektarian tidak hanya di kalangan masyarakat Syiah dan Sunni, tetapi juga di kalangan negara-negara Sunni.

Masalahnya, Iran sudah sangat terbiasa dengan trik kotor semacam ini. Kementerian Luar Negeri Iran telah mendesak Qatar dan tetangganya menyelesaikan perselisihan mereka melalui diplomasi dan dialog. Tidak ada negara yang akan mendapatkan keuntungan dari meningkatnya ketegangan di antara negara-negara tetangga, terutama pada saat seluruh dunia menderita akibat racun dari terorisme Takfiri dan ekstremisme Wahhabi.

10) Cukup jelas bahwa Israel melalui Trump telah memerintahkan Riyadh untuk memutuskan hubungan dengan Qatar. Idenya adalah untuk mempermainkan Iran. Mengkambing hitamkan Qatar atas kekacauan saat ini di kawasan, akan melindungi Israel. Memberi tekanan pada Qatar untuk melepas dukungan kepada Teheran, dan memaksanya kembali ke pos-pos Saudi ISIS di Timur Tengah.

Dengan menuduh Qatar mendukung terorisme, Saudi juga ingin membersihkan catatan kriminal mereka sendiri yang telah menciptakan dan mendukung kelompok-kelompok teroris di wilayah tersebut.

Bagaimanapun, Saudi berada diambang kekalahan. Kesalahannya terletak pada Riyadh dan antek-anteknya. Masyarakat sipil internasional menyambut baik keputusan Qatar untuk menarik diri dari koalisi pimpinan Saudi dukungan AS yang membom orang-orang Yaman yang tidak berdaya dimana selama ini serangan itu melanggar Hukum Internasional dan Hukum Humaniter Internasional.

Pemutusan hubungan ini mungkin menjadi kesepakatan yang jauh lebih besar daripada kesepakatan sebelumnya. Meskipun pada akhirnya mungkin akan diselesaikan dengan menutup beberapa kantor media di Riyadh dan Doha atau organisasi amal mencurigakan yang mendanai terorisme di Eropa, ketegangan tersebut kemungkinan akan berlangsung jauh melampaui itu. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca