arrahmahnews

Qatar Tinggal Hitungan Jam dari Batas Waktu yang Ditentukan Saudi Cs

Sabtu, 1 Juli 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, QATAR – Dimakan ibu mati, tidak dimakan bapa mati. Itulah dilema yang dihadapi Qatar sekarang. Pilih kemauan Arab untuk menutup stasiun TV Al – Zajeera yang menjadi corong pemerintah Qatar untuk mensupport oposisi di Arab Saudi, Mesir, Libya, Uni Emirat Arab, Bahrain ataukah pilih ikut kemauan Iran untuk jangan mau dicampuri negara lain dan tetap menjadi negara berdaulat secara politik. Pilih kemauan Arab untuk menutup pos pos militer diperbatasan Arab Qatar yang diisi artileri dan infanteri pasukan Turki atau mengikuti kemauan Erdogan untuk mempertahankan pangkalan militernya dekat dekat dengan Arab Saudi supaya posisi Turki tetap strategis di Timteng. Pilih kemauan Arab, Mesir, UEA dan Bahrain untuk tidak mendukung dana kepada organisasi-organisasi terlarang di Arab, Mesir, UEA atau dengar nasehat Erdogan dari Turki untuk mensuport dana kepada organisasi-organisasi terlarang di Arab, Mesir, Libya, UEA, Bahrain.

Qatar harus memilih salah satu. Repotnya, kedua pilihan adalah dilematis. Kalau Qatar mau lepas dari isolasi darat dan udara oleh Arab, ikuti semua tuntutan Arab; disisi lain kalau Qatar mau tetap dekat secara politik dengan Iran dan didukung militer Turki, Qatar jangan tunduk syarat-syarat Saudi Cs.

Amerika masih menunggu. Pangkalan militernya di Qatar tetap harus dipertahankan dengan semua harga. Lantaran, pangkalan militer yang sepadan juga dibayar dengan berapapun harganya oleh Rusia di negeri Suriah. Sekalipun Negara Suriah sudah hancur2an, Rusia akan tetap mempertahankan pangkalan militernya di Suriah. AS dan Rusia berkeras ada pangkalan militer masing-masing di Qatar dan Suriah. Itu hanya karena faktor strategis negeri Israel. Yang satu supaya moncong nuklirnya cepat sampai Tel Aviv, yang satu lagi supaya moncong nuklir lawan bisa cepat ditangkis sebelum masuk Tel Aviv.

Arab Saudi dan Mesir jelas tidak mau ada moncong nuklir dekat-dekat Tel Aviv, itu sebab mereka menjadi karib Israel. Teheran secara geografis jauh dari Tel Aviv, sudah lama ingin cepat menyelesaikan proyek rudal-rudal balistiknya untuk diujicobakan. Iran sadar bahwa ekonominya belum tangguh, diboikot puluhan tahun oleh AS membuat ekonomi Teheran berjalan lambat. Maka dirangkullah Turki dan Rusia untuk beraliansi dengan Iran.

Qatar harus memilih sebelum batas waktu. Pilihan dilematis. Qatar harus mempertimbangkan pangkalan militer milik AS sebagai buffer negaranya di selat Hormuz. Memutus semua hubungan politis dengan organisasi terlarang versi Arab Saudi, Mesir, Libya, UEA, dan Bahrain adalah pilihan dilematis. Apakah seorang Sheikh Qatar mau ikut syarat-syarat Raja Salman Arab Saudi yang berarti notabene juga syarat-syarat dari Menteri Pertahanan Arab Saudi yaitu putra mahkota yang baru berusia 31 tahun, Mohammed bin Salman?

Dari semua pertimbangan ekonomi, politik, ideologi pastilah pertimbangan militer adalah faktor determinan. Kapal induk Nimitz yang bolak balik mangkal di Qatar adalah bodyguard yang harus dipelihara supaya ibukota Doha tetap menjadi kota international conference. Masalah yang paling sulit bagi Qatar adalah menurunkan level diplomatik dengan Iran dan memutus semua suport dana dan informasi kepada organisasi terlarang di Arab Saudi, Mesir, Libya, UEA, Bahrain. Waktu Qatar, tinggal hitungan jam dari batas waktu yang ditentukan oleh Saudi Cs. Pengalaman buruk Yaman dibombardir pesawat-pesawat supersonic koalisi pimpinan Saudi janganlah sampai direpetisi.

AS tetap punya kartu truf, pertemuan karpet merah Donald Trump dengan Raja Salman, agaknya terkait juga dengan pembelian senjata. Sementara kontrak pembelian senjata Pentagon dan Qatar untuk 3 skuadron pesawat tempur Supersonic F15, adalah langkah bisnis Trump yang berhasil untuk membuka lapangan pekerjaan di AS. Bisa jadi, AS dan Saudi akan berdamai kembali dengan Emir Qatar Sheikh Tamin bin Hamid Al-Thani , supaya bisnis pesawat udara militer tetap jalan. Menimbang kontrak pembelian senjata diblokade oleh AS, Qatar lebih baik mencari diplomatic solution sehingga pembelian 3 skuadron pesawat tempur F15 teranyar diteruskan sehingga cukup untuk menggentarkan tetangga. [ARN]

 

 

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca