arrahmahnews

Perang Yaman dan Kejahatan Saudi yang Terlupakan

Rabu, 5 Juli 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, YAMAN – Pejabat bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa Stephen O’Brien menyebut Perang Yaman menimbulkan krisis kemanusiaan terbesar di dunia saat ini. Meski demikian pemberitaan media Internasional tentang kondisi di Yaman justru sangat minim dan itu menyebabkan orang kian sulit mendapatkan informasi kritis soal apa yang terjadi di negara itu. Terlebih lagi saat ini perang menyebabkan wabah kolera dan kelaparan kian mengganas.

Setelah berlangsung selama tiga tahun, konflik Yaman yang disebut-sebut sebagai ‘perang yang terlupakan’ menjadi makin sulit diakses oleh personel selain PBB seperti pegiat hak asasi, peneliti, dan jurnalis. Laporan teranyar dari Arrahmahnews.com mengungkapkan, kedua pihak bertikai, baik kubu Houthi yang kini menguasai Ibu Kota Sanaa dan kubu koalisi Saudi yang melarang pegiat kemanusiaan dan jurnalis terbang ke Sanaa, satu dari sedikit tempat bisa dikunjungi di tengah perang.

“Yaman sudah payah,” kata Elias Diab, pejabat badan PBB UNICEF di Sanaa kepada VICE News. “Larangan dari koalisi Saudi sangat menyulitkan kerja kami.”

Perang antara pasukan koalisi Saudi yang didukung Amerika melawan Houthi Ansarullah kini sudah menewaskan lebih dari 12 ribu jiwa dan 17 juta warga lainnya terancam kelaparan serta ribuan lainnya dibekap kolera.

Larangan akses dari koalisi Saudi membuat para pemimpin dunia, organisasi internasional dan kantor berita lainnya susah mendapat informasi akurat, termutakhir tentang kondisi warga sipil. Para pegiat kemanusiaan dan pemantau hak asasi telah memperingatkan situasi di Yaman bisa semakin buruk dan itu terjadi diam-diam.

“Kami terus berusaha membantu para jurnalis punya akses ke setiap daerah di Yaman tapi larangan itu membuat kami tak punya pilihan dan itu di luar kemampuan kami,” kata juru bicara PBB Ahmad Ben Lassud kepada IRIN News, seperti dilansir laman VICE bulan lalu.

Koalisi Saudi menutup bandara, pelabuhan, dan melarang para pekerja kemanusiaan serta kelompok pemantau memasuki Yaman. Serangan udara koalisi Saudi sejauh ini sudah menewaskan sejumlah wartawan dan pegiat kemanusiaan.

“Apa yang akan terjadi nanti? tanya Diab. “Kalau Anda tak ada di sana, Anda tak bisa melindungi, tak bisa menyelamatkan.”

Wabah kolera menyebar cepat sejak muncul pada April lalu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 96 ribu orang sudah terjangkit kolera di Yaman, 746 di antaranya dalam kondisi sekarat. Angka ini terus bertambah tiap hari tanpa tanda-tanda berkurang.

“Ini menyedihkan, tapi kami harap wabah kolera ini akan menjadi titik balik supaya orang memberi perhatian kepada Yaman,” kata Direktur UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Geert Cappelaere kepada kantor berita the Associated Press. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca