arrahmahnews

WOW! Tiga Pangeran Saudi Hilang Secara Misterius di Eropa

Rabu, 16 Agustus 2017,

ARRAHMAHNEWS.COM, RIYADH – Inilah kisah tiga pangeran Saudi yang hilang misterius, dalam dua tahun terakhir, tiga pangeran Saudi yang tinggal di Eropa telah lenyap. Ketiga pangeran yang hilang itu adalah mereka yang vokal dalam mengkritik pemerintah Saudi. Ada bukti bahwa semua telah diculik dan diterbangkan kembali ke Arab Saudi, dimana kemudian tidak ada lagi kabar yang jelas tentang mereka. (Baca juga: Geger Besar di Kerajaan Saudi, Mohammed Bin Salman Tangkap Para Pangeran)

Pangeran Sultan bin Turki bin Abdulaziz

Pagi-pagi sekali pada tanggal 12 Juni 2003, seorang pangeran Saudi, Sultan bin Turki bin Abdulaziz, diculik dari istana milik pamannya, almarhum Raja Fahd, di pinggiran kota Jenewa. Pangeran Sultan saat itu tengah menghadiri undangan sarapan dari putra kesayangan raja, Pangeran Abdulaziz bin Fahd.

Pangeran Sultan bin Turki

Abdulaziz meminta Sultan untuk kembali ke Arab Saudi, dimana ia mengatakan bahwa konflik atas kritik Sultan terhadap kepemimpinan Saudi akan diselesaikan. (Baca juga: Pangeran Saudi Turki bin Abdulaziz Meninggal Dunia)

Sultan menolak, beberapa saat kemudian Abdulaziz pamit untuk menelepon seseorang, seorang pria lain di ruangan itu, Menteri Urusan Islam Saudi, Sheikh Saleh al-Sheikh, kemudian juga keluar dan setelah beberapa saat, beberapa pria bertopeng masuk. Mereka memukul Sultan dan memborgolnya.

Sultan yang jatuh pingsan kemudian dilarikan ke bandara Jenewa – dan dibawa ke pesawat Medevac yang sudah menunggu. Paling tidak, ini adalah catatan Sultan tentang kejadian tersebut, seperti yang diceritakan ke pengadilan Swiss bertahun-tahun kemudian. Di antara staf Sultan yang berada di hotel Jenewa untuk menunggunya kembali dari undangan sarapannya, adalah petugas komunikasi Sultan, Eddie Ferreira.

“Secara progresif, seiring berjalannya hari, kesunyian menjadi semakin mencekam,” kenangnya. “Kami tidak bisa mencapai tim keamanan, itu peringatan pertama, kami mencoba menghubungi pangeran, tidak ada jawaban, tidak ada jawaban.”

Kemudian, di sore hari, dua pengunjung tak terduga tiba.

“Duta Besar Saudi untuk Swiss datang dengan manajer umum hotel dan hanya memberitahu semua orang untuk mengosongkan penthouse dan keluar,” kata Ferreira. “Pangeran berada di Riyadh, layanan kami tidak diperlukan lagi, dan kami bisa pergi”. Apa yang telah dilakukan Pangeran Sultan hingga menyebabkan keluarganya memperlakukannya dengan keras dan menculiknya? (Baca juga: 21 Pangeran Saudi Ajukan Petisi Tolak Bin Salman Jadi Putra Mahkota)

Tahun sebelumnya, ia tiba di Eropa untuk perawatan medis, dan mulai mengkritik kerajaan dalam sebuah wawancara. Ia mengecam pelanggaran kerajaan Saudi terhadap HAM, mengeluhkan korupsi diantara para pangeran dan pejabat, dan menyerukan serangkaian reformasi.

Seperti diketahui, sejak tahun 1932, ketika Raja Abdulaziz, yang dikenal sebagai Ibn Saud, mendirikan Arab Saudi, negara ini telah diperintah oleh monarki absolute yang tidak mentolerir perbedaan pendapat apapun.

Pangeran Turki bin Bandar

Pangeran Turki bin Bandar dulunya adalah seorang mayor di kepolisian Saudi, dengan tanggung jawab untuk mengawasi keluarga kerajaan itu sendiri. Tapi perselisihan keluarga yang pahit atas warisan yang diperebutkan membawanya ke penjara, dan saat dibebaskan dia melarikan diri ke Paris, di mana, pada tahun 2012, dia mulai memposting video di YouTube untuk menuntut reformasi di Arab Saudi. (Baca juga: Pangeran Saudi Dieksekusi Mati)

Kerajaan kemudian bereaksi sebagaimana mereka bereaksi kepada Pangeran Sultan, dan mencoba meyakinkan Turki untuk kembali. Ketika Ahmed al-Salem, wakil menteri dalam negeri menelepon, pangeran tersebut mencatat percakapan itu dan mempostinya secara online.

Pangeran Turki bin Bandar

“Semua orang menantikan kembalinya Anda, Tuhan memberkati Anda,” kata wakil menteri tersebut.

“Menantikan kembalinya saya?” balas Turki “Bagaimana dengan surat-surat yang dikirim oleh perwira Anda kepada saya?” ‘Hai anak pelacur! kami akan menarik Anda kembali seperti Sultan bin Turki'”

Wakil menteri menjawab dengan meyakinkan: “Mereka tidak akan menyentuh Anda, saya adalah saudara Anda.”

“Tidak! Mereka orang-orangmu,” balas Turki.

Turki terus memposting video hingga Juli 2015. Kemudian, beberapa saat kemudian, dia menghilang.

“Dia menelepon saya setiap satu atau dua bulan,” kata seorang temannya, blogger dan aktivis Wael al-Khalaf.

“Lalu dia menghilang selama empat atau lima bulan, saya curiga. Kemudian saya mendengar dari seorang perwira senior di kerajaan bahwa Turki bin Bandar bersama mereka. Jadi mereka menangkapnya, dia telah diculik.”

Setelah lama mencari berita tentang Turki, saya menemukan sebuah artikel di surat kabar Maroko, yang mengatakan bahwa dia baru saja akan kembali ke Prancis setelah melakukan kunjungan ke Maroko, saat ditangkap dan dipenjara. Kemudian, menyusul permintaan dari pihak berwenang Saudi, dia dideportasi dengan persetujuan pengadilan Maroko.

Laporan BBC menyatakan bahwa tidak diktahui pasti apa yang terjadi pada Turki bin Bandar, tapi sebelum dia menghilang dia memberi temannya sebuah salinan dari sebuah buku yang dia tulis, di mana ia telah menambahkan apa yang mungkin menjadi catatan penting.

“Dear Wael, pernyataan ini tidak boleh dibagikan kecuali jika saya diculik atau dibunuh, saya tahu saya akan diculik atau mereka akan membunuh saya, saya juga tahu bagaimana mereka menyalahgunakan hak saya dan hak orang Saudi.”

Pangeran Saud bin Saif al-Nasr

Dalam waktu yang hampir bersamaan dengan diculiknya Pangeran Turki, pangeran Saudi lainnya, Saud bin Saif al-Nasr , pangeran muda yang hobi pergi ke kasino-kasino Eropa dan hotel mahal – memiliki nasib yang sama. (Baca juga: Vokal Kritisi Kerajaan, Pangeran Saudi Diculik)

Pada tahun 2014, Saud mulai menulis tweet yang mengkritik monarki Saudi. Dia meminta penuntutan pejabat Saudi yang mendukung penggulingan Presiden Mesir Mohammed Morsi tahun sebelumnya.

Pangeran Saud bin Saif

Kemudian, pada bulan September 2015, Saud melangkah lebih jauh. Setelah seorang pangeran Saudi secara anonim menulis dua surat yang meminta sebuah kudeta untuk menyingkirkan Raja Salman, Saud secara terbuka mendukung mereka. Satu-satunya keluarga kerajaan yang melakukannya. Ini sama saja dengan pengkhianatan, dan mungkin itulah yang membuat nasibnya naas.

Beberapa hari kemudian, dia mentweeted: “Saya meminta bangsa ini untuk mengubah isi surat-surat ini menjadi tekanan dari rakyat,”. Kemudian akun Twitternya tidak aktif sejak saat itu.

Pangeran pembangkang lainnya -Pangeran Khaled bin Farhan, yang melarikan diri ke Jerman pada tahun 2013- percaya bahwa Saud telah ditipu agar terbang dari Milan ke Roma untuk mendiskusikan kesepakatan bisnis dengan perusahaan Rusia-Italia yang berusaha membuka cabang di Teluk.

“Pesawat pribadi dari perusahaan datang dan membawa Pangeran Saud, tapi tidak mendarat di Roma, pesawat tersebut mendarat di Riyadh,” kata Khaled, menambahkan, “Ternyata intelijen Saudi telah merancang operasi penculikan tersebut.”

“Sekarang nasib Pangeran Saud sama dengan Pangeran Turki, yaitu masuk penjara … Satu-satunya takdir mereka adalah penjara bawah tanah.” (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca