Kamis, 14 Januari 2017
ARRAHMAHNEWS.COM, RIYADH – Setidaknya tiga ulama terkemuka Saudi, Salman al-Awda, Awad al-Qarni dan Ali al-Umari, telah ditangkap dalam beberapa hari terakhir. Mereka memang bukan bagian dari ulama yang didukung negara. Arab Saudi selalu memiliki masalah dengan para ulama yang tidak memberikan loyalitasnya kepada keluarga kerajaan.
Berbeda dengan pemberontakan yang dengan kejam ditindas oleh Ibn Saud pada tahun 1929, saat ini masalahnya memiliki dimensi baru, yaitu sejumlah besar pengikut online. Hampir 60 persen penduduk Saudi dikatakan aktif di media sosial. Al-Awda sendiri memiliki lebih dari 14 juta pengikut di Twitter. Le Monde menggambarkannya sebagai pembela kebebasan individu dan salah satu penantang otoriterisme paling populer di Arab Saudi.
Ada beberapa laporan di media sosial tentang penangkapan lebih banyak ulama lainnya di Saudi, termasuk seorang jurnalis, Jamal Khashoggi. Pada masa pemerintahan Raja Abdullah (2005-15), Khashoggi adalah pendukung rezim yang dihormati dan menjadi pemimpin redaksi sebuah saluran berita terkemuka, namun minggu lalu dia harus menolak tuduhan bahwa dia adalah seorang anggota Ikhwanul Muslimin.
Seorang anggota senior keluarga kerajaan, Pangeran Abd al-Aziz bin Fahd, putra almarhum Raja Fahd, juga dilaporkan telah ditahan. Ia nampaknya telah memposting sebuah tweet bahwa jika dia tidak melakukan perjalanan setelah melakukan haji maka itu terjadi karena dia telah terbunuh, namun nampaknya akunnya mungkin telah diretas.
Untuk mengetahui cerita mana yang dapat dipercaya mengenai apa yang terjadi dalam kisruh kerajaan kini bahkan lebih sulit dari biasanya, karena perselisihan antara Arab Saudi (bersama UEA, Bahrain dan Mesir) dengan Qatar. Kedua belah pihak giat terlibat dalam propaganda. Beberapa penangkapan yang dilakukan kerajaan terhadap beberapa tokoh tidak diragukan lagi dipicu oleh keengganan orang-orang ini untuk berbicara menentang Qatar. Al-Awda menyerukan agar perselisihan diselesaikan dengan kompromi, dan hal ini bukanlah apa yang ingin didengar oleh para pemimpin Saudi.
Ada lagi masalah lain, mungkin hal ini adalah alasan kuat mengapa tindakan keras dijatuhkan terhadap orang-orang yang kesetiaannya diragukan. Dan itu adalah penobatan putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
Media sosial saat ini dibanjiri spekulasi tentang bagaimana dan kapan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) akan menggantikan ayahnya. Raja Salman berusia 81 dan kesehatannya buruk, mungkin sangat buruk sehingga dia tidak benar-benar berfungsi sebagai penguasa. Mohammed berusia 32 tahun, dan kedudukkannya yang meroket ke posisi tertinggi diatas segalanya, telah membuat banyak keluarga kerajaan merasa tidak nyaman.
Kebanyakan analis memperkirakannya akan segera merebut takhta, tapi melihat kritik terang-terangan yang dilakukan oleh badan-badan keagamaan dan bangsawan senior menunjukkan sinyal risiko yang meningkat untuk posisinya.
Blogger anonim yang menggunakan nama Mujtahidd mentweet pada 9 September bahwa MBS akan segera dinobatkan sebagai raja. Salah satu alasan penundaan penobatan ini mungkin adalah kemungkinan akan adanya demonstrasi rakyat pada tanggal 15 September nanti (sebuah demonstrasi dukungan juga direncanakan digelar di Kedutaan Besar Saudi di London).
Kelompok oposisi mengumumkan pada bulan Juni bahwa mereka membentuk sebuah Uni Pasukan Oposisi di Jazirah Arab, yang bekerja untuk perubahan damai di Arab Saudi. Mereka termasuk di antara orang-orang di balik Gerakan 15 September yang baru, yang menetapkan programnya dalam sebuah video yang dirilis pada 6 September.
Mereka menyerukan demonstrasi massa pada hari Jumat di seluruh kerajaan untuk menyuarakan sejumlah daftar keluhan kepada penguasa meliputi pengangguran, kemiskinan, kurangnya perumahan, kejahatan, narkoba, kerusakan keluarga, penindasan terhadap perempuan, kesehatan, pendidikan, dan menuntut pembebasan tahanan politik serta berakhirnya korupsi finansial dan administrasi. Program ini tidak menyerukan penghapusan rezim Saudi atau menentang perang di Yaman. Sebaliknya, Mujtahidd dan yang lainnya mengkritik pemerintah karena tuduhan hubungan dengan Israel.
Telah ada usaha di masa lalu, terutama selama Musim Semi Arab pada tahun 2011, untuk melakukan demonstrasi semacam itu dan mereka gagal. Tidak ada yang bisa mengatakan apa yang akan terjadi saat ini, tapi bagi MBS, untuk naik takhta beberapa hari sebelumnya akan menimbulkan risiko yang tidak perlu.
Sementara itu, propaganda-propaganda ini kian menjadi-jadi. Pakar satir Saudi, Ghanim Almasarir, yang tinggal di Brent, hobi menggambarkan MBS sebagai obyek olok-olokan. Video-video-nya telah dilihat jutaan kali di YouTube. Almasarir sendiri telah menerima ancaman pembunuhan dari Majid al-Maliki, seorang mantan pegawai negeri Saudi yang menggambarkan dirinya sebagai pembunuh bayaran dan mengaku terdaftar di Guinness World Records karena memakan 22 kalajengking hidup-hidup.(ARN)
