arrahmahnews

Gara-gara Bela Ustad Abdul Somad, Sultan Brunei Jadi Bahan Hoax

Kamis, 28 Desember 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Kisruh penolakan berujung deportasi terhadap Ustad Abdul Somad oleh pihak imigrasi Bandara Internasional Hongkong dimanfaatkan untuk menyebar hoax. Orang yang tidak bertanggung jawab itu mencoba memancing di air keruh dengan mengajak memboikot produk Hongkong. Yang dicatut, Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam.

Seperti diberitakan, Ustad Abdul Somad dijadwalkan untuk menghadiri undangan dari Tenaga Kerja Indonesia di Hongkong pada Sabtu (23/12) lalu. Namun, begitu menginjakkan kaki di bandara, pihak imigrasi menolak Ustad Abdul Somad untuk melewati pemeriksaan. Alasannya, ustad itu dianggap sebagai teroris sehingga harus dideportasi.

Berdasarkan pantauan JawaPos.com, hoax tentang deportasi Ustad Abdul Somad banyak tersebar di media sosial seperti Facebook dan Twitter. Isinya beragam, tetapi memiliki judul dengan nada yang sama. Yakni, Sultan Hassanal Bolkiah membela Ustad Abdul Somad dan mengajak untuk memboikot produk dari Hongkong.

“Pada wawancara dengan media setempat, Sultan Hassanal Bolkiah menyayangkan sikap Hongkong dan juga pemerintah Indonesia yang terkesan menutup mata. Kalau Indonesia tidak bisa melindungi ulamanya sendiri, biar kami yang turun tangan. Akan kami boikot seluruh bisnis Hongkong di Brunei,’’ bunyi narasi dalam unggahan provokatif.

Tidak hanya itu, Sultan Brunei Darussalam itu juga dibuat seolah-olah menyerang muslim Indonesia. Dituliskan, dia menyebut sebagian besar Muslim kelihatannya cuma hanya label belaka di Indonesia. Beberapa ulama masih tetap saja jadi target fitnah serta penghinaan keji.

’’Saya selalu memantau perkembangan dakwah Islam di Asia Tenggara. Banyak ulama-ulama mumpuni yang malah jadi sasaran fitnah. Kemaren Habib Rizieq Shihab, saat ini Ustadz Abdul Somad, besok siapa lagi,’’ tulisnya sebuah media di tanah air dengan mengutip nama situs islamadina.com.

Namun, berita yang ditelan mentah-mentah oleh media itu bisa dipastikan hoax. Sebab, situs islamadina.com yang dijadikan rujukan ternyata tidak ada. Bahkan, nama domainnya saja dijual. Dari mana asal-usul pastinya Sultan Brunei Darussalam mengucapkan semua itu juga tidak disebutkan dengan jelas.

JawaPos.com melakukan kroscek dengan saksama di akun Facebook sultan kaya itu. Memang, belum ada akun Facebook yang mengaku milik Sultan Hassanal Bolkiah dengan tanda verified. Meski demikian, sejak viral kasus ustad Somad hari Sabtu (23/12), akun Facebook dengan nama Sultan Hassanal Bolkiah tidak ada yang provokatif.

Bahkan, salah satu akun Facebook Sultan Hassanal Bolkiah yang memiliki 69 ribu pengikut sama sekali tidak menulis apa pun terkait Ustad Abdul Somad. Sejak hari itu hingga saat ini, di beranda Facebook hanya berisi status ajakan mendirikan salat 5 waktu saja.

JawaPos.com juga menelusuri hubungan bisnis yang terjadi antara Kerajaan Brunei Darussalam dengan Hongkong melalui jasa penerbangan. Royal Brunei Airlines masih melayani penerbangan ke Hongkong seperti biasa. Tidak seperti pemberitaan yang menyebut Kerajaan Brunei Darussalam akan memboikot seluruh produk dan kerja sama bisnis dengan Hongkong.

Selain itu, tidak ada media lokal di Brunei Darussalam yang memiliki pernyataan itu. Bahkan, media mainstream luar negeri juga tidak memiliki kutipan itu. Fakta itu membuat pernyataan Sultan Hassanal Bolkiah yang mengajak untuk memboikot produk Hongkong karena deportasi Ustad Abdul Somad tidak bisa dipastikan kebenarannya.

Beda Somad dan Kyai NU 

Pandu Wijaya, Bahtiar Prasojo dan Hasan Albetas pernah mengeluarkan komentar kasar yang telah dianggap menghina ulama sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus.

Hinaan ke Gus Mus di media sosial tak hanya berupa sindiran. Ada juga kata-kata kasar. Gus Mus merespons secara santun, persis seperti ia menerima kedatangan mereka ke rumahnya untuk minta maaf. Bahkan Gus Mus telah memaafkan mereka sebelum mereka memintanya.

Ini contoh dari seorang ulama yang baik, tidak butuh pada dukungan massa atau suara bela ulama yang digemakan. Karena ulama memang posisinya sebagai guru, pengajar, dan pembimbing yang harus menerapkan nilai-nilai kebajikan agar umat meneladaninya dan memberikan kesejukan agar umat tidak terpancing arus fitnah.

Beda halnya dengan massa yang mengaku membela ulama “Somad”, yang justru melempar fitnah sana-sini, bahkan Kyai NU seperti Said Aqil Siraj tidak lepas dari tuduhan dibalik pengusiran Abdul Somad. Seharusnya Ustad Somad menenangkan massa yang liar memainkan kasusnya, karena tugas ulama adalah mempersatukan bukan memecah-belah, meredahkan bukan membiarkan, menyikapi dengan santun bukan menjadikannya bola liar dengan mempersalahkan pemerintah.

Kondisi semacam ini tentu akan menimbulkan pro-kontra di media sosial, termasuk sindiran pedas Zulfikar Akbar yang seharusnya jadi bahan untuk bertabayun. Tapi justru sebaliknya, wartawan itu menerima hujatan, hinaan hingga pemecatan dari manajemen TopSkor.

Forum Pekerja Media juga mengecam praktik intimidasi atas kebebasan berekspresi. Tulisan Zulfikar Akbar di media sosial twitter semestinya tidak dibalas dengan ancaman terhadap perusahaan TopSkor yang berujung PHK sepihak kepada Zulfikar Akbar.

Sekali lagi standar seorang “ulama” yang paling pertama dan utama adalah Akhlak. Menyempurnakan ahlak manusia adalah tugas dari Nabi Muhammad Saw di dunia. Jika ulama disebut pewaris nabi, maka harus berakhlak seperti akhlaknya nabi. Ulama yang benar sudah barang tentu mengikuti panutannya.

Semoga pelajaran dari Hongkong bisa membuat Abdul Somad berakhlak semestinya. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca