Kamis, 15 Februari 2018
ARRAHMAHNEWS.COM, MOSKOW – Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas perkembangan di Timur Tengah, termasuk situasi di Suriah dan ketegangan dengan Qatar.
Menurut layanan pers Kremlin, Putin dan Salman bertukar pandangan mengenai Suriah melalui percakapan telepon pada hari Rabu (14/02/2018), dengan “mempertimbangkan hasil Kongres Nasional Suriah di Sochi.”
Rusia, Iran, dan Turki telah mengatur perundingan perdamaian untuk Suriah di ibukota Kazakhstan, Astana, sejak Januari 2017. Bersama-sama, ketiga negara tersebut telah bertindak sebagai penjamin negara untuk proses perdamaian di negara Arab Suriah yang dilanda perang.
Baca: Menanti Kemarahan Publik Saudi atas Kebijakan Absurd Raja Salman.
Memanfaatkan prestasi Astana, Rusia pada akhir Januari mengadakan pertemuan tingkat tinggi – Kongres Dialog Nasional Suriah – di Sochi.
Putin dan Salman juga membahas ketegangan yang sedang berlangsung antara Qatar dan negara-negara regional lainnya.
“Pihak Rusia menekankan bahwa krisis yang ada tidak kondusif untuk usaha bersama dalam memerangi ancaman terorisme dan membawa stabilitas ke Timur Tengah,” kata Kremlin.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir semua memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni tahun lalu, setelah secara resmi menuduhnya mensponsori terorisme.
Kementerian Luar Negeri Qatar kemudian mengumumkan bahwa keputusan untuk memutus hubungan diplomatik tidak dapat dibenarkan dan berdasarkan klaim dan asumsi yang salah.
Baca: Sekjen PBB Puji Hasil Kongres Sochi.
Pada tanggal 9 Juni, Qatar dengan tegas menolak tuduhan mendukung terorisme setelah rezim Saudi dan sekutu-sekutunya memasukkan daftar hitam lusinan individu dan entitas yang konon berasosiasi dengan Doha.
Pada tanggal 23 Juni, Arab Saudi dan sekutu-sekutunya merilis daftar permintaan 13 poin, termasuk penutupan jaringan televisi Al Jazeera dan penghentian hubungan diplomatik dengan Iran, sebagai pengganti normalisasi hubungan diplomatik dengan Doha. [ARN]