arrahmahnews

Mak Lambe Turah, Seword ‘Hajar’ Jawa Pos, Fadli Zon dan Fahri Hamzah Terkait MCA Ahokers

Senin, 05 Maret 2018,

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Heboh pemuatan berita terkait MCA adalah Ahoker mendapat reaksi yang panas dari netizen, salah satunya adalah dari akun fanpage facebook Mak Lambe Turah, dalam cuitannya dia menulis “jejak digital editor Jawa pos Yusuf Asyari, yang bikin berita hoax soal ketua MCA adalah Ahoker… Oooh….kamu ketahuan”.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Ternyata editor JP diketahui sering menulis tentang sisi negatif dari pemerintah dan lebih khusus lagi terindikasi tidak suka kepada Ahok, namun seword menulis lebih lengkap lagi berita tentang apa dibalik itu semua, simak:

Sebagian admin Muslim Cyber Army atau MCA sudah diciduk oleh Polri. Mereka terbukti menyebar hoax 15 juta PKI bangkit dan siap membantai ulama. Selain itu mereka juga terbukti menyebar konten hoax nan SARA.

Baca: BRAVO! Polri Bongkar Grup WhatsApp “The Family MCA”, Sindikat Jaringan Penyebar Isu Provokatif

Respon cepat Polri untuk menangkap MCA terbukti cukup berdampak. Setidaknya, hoax soal pembantaian ulama oleh PKI sudah mereda beberapa minggu ini. Marbot masjid yang sebelumnya mengaku dianiaya oleh PKI, satu persatu mengaku bahwa mereka hanya pura-pura. Ada juga yang mengaku dianiaya oleh makhluk halus.

Setelah hoax soal kebangkitan PKI mereda, sepertinya ada yang berusaha untuk memainkan isu MCA. Tidak tanggung-tanggung, yang berperan (sercara sengaja maupun tidak) mengarahkan MCA kepada kubu Ahoker adalah Jawapos. Salah satu media mainstream terbesar di Indonesia. Jawapos menurunkan berita bahwa ketua MCA yang ditangkap Polri adalah Ahoker atau pendukung Ahok.

Baca: Inilah 17 Group Facebook dan WhatsApp yang Berafiliasi dengan MCA

Berita di Jawapos tersebut sebenarnya sangat tidak standar untuk disebut berita. Sebab isinya hanya kutipan dari akun-akun twitter yang minim follower. Tidak jelas juga siapa orangnya, bukan tokoh, bukan pula aktivis sosial media. Benar-benar dari akun yang tidak jelas dan bahkan mungkin adalah akun kloningan. Namun, karena yang memberitakan adalah Jawapos, salah satu media mainstream terbesar di Indonesia, maka banyak orang terpengaruh dengan yang diberitakan.

Bahkan, pimpinan DPR, Fahri Hamzah mentweet link berita dari Jawapos tersebut. “Dari web resmi @jawapos menemukan bahwa ketua MCA adalah Ahoker. Jadi maling teriak maling dan ngaku Muslim segala. Ayok @DivHumas_Polri selesaikan abrang ini. Jangan mau merusak nama Polri dengan menyerang identitas agama.”

Bagaimanapun pihak Jawapos sudah menghapus berita hoax tersebut dan pimpinan readaksi meminta maaf atas keteledoran jurnalisnya dalam menayangkan berita yang tidak sesuai standar. Sementara Fahri? Belum. Sampai sekarang, setelah 11 jam berlalu, dia masih sibuk dengan tweet lainnya dan tidak lagi membahas MCA adalah Ahoker.

Baca: Ketum PBNU Yakin Ada Pihak yang Danai Aktivitas The Family MCA

Sebagai pimpinan Seword, jujur saya merasa sangat prihatin atas kejadian ini. pada akhirnya kita sedang melihat sebuah kenyataan, bahwa salah satu media mainstream terbesar di Indonesia, dan pimpinan DPR RI yang terhormat, sama-sama menyebarkan berita hoax.

Orang lain mungkin menganggap ini sebuah kebetulan dan kesalahan yang biasa saja. Tapi bagi saya, sebagai orang yang aktif memantau media dan sedikit paham bagaimana sebuah produk jurnalis dibuat, penyebaran hoax bahwa ketua MCA adalah Ahoker merupakan sebuah “agenda setting politik” yang terstruktur, sistematis dan massif. Katakanlah Jawapos memang hanya kebetulan saja memiliki jurnalis yang teledor, katakanlah Fahri juga hanya kebetulan saja mentweet, tapi tetap saja, dalam teori politik, tidak ada yang benar-benar kebetulan. Ketika kebetulan-kebetulan itu tersusun begitu rapi, kita patut curiga bahwa semuanya direncanakan dengan sangat matang.

Baca: Mantan Kepala BNPT, Pola Kerja Muslim Cyber Army Mirip Kelompok Radikal Timur Tengah

Buat teman-teman pembaca Seword dan aktif di sosial media, kita semua pasti sudah tahu bahwa penggiringan opini ketua MCA adalah Ahoker atau bahkan ada yang menyebut orang Polri sendiri. Narasinya sama persis seperti yang Fahri tweetkan, maling teriak maling. Mereka menyebar hoax bahwa MCA yang ditangkap oleh Polri adalah MCA ‘bikinan’ Polri sendiri atau dari kubu pemerintah. Ini semua hanya rekayasa untuk menjatuhkan nama MCA.

Postingan tersebut cukup menyebar di beberapa grup WA dan Facebook. Pada saat konten tersebut disebar, publik boleh saja tidak percaya dan menganggap bahwa itu adalah hoax. Namun publik tidak bisa mengelak dan menghapus ingatan mereka dengan cepat soal hoax tersebut. Sehari dua hari kita masih terngiang dengan hoax yang menyebut bahwa ketua MCA yang ditangkap Polri adalah Ahoker.

Dan saat kita masih terngiang, Jawapos menayangkan berita bahwa ketua MCA adalah Ahoker. Sekali lagi, sangat terstruktur, sistematis dan massif. Kita mungkin tidak percaya bahwa ketua MCA adalah Ahoker, bahkan kita bisa menyebut berita yang ditayangkan Jawapos tidak sesuai standar pers. Tapi kita tidak bisa menafikan bahwa yang memberitakan adalah salah satu media mainstream yang cukup terpercaya. Dan tidak penting lagi apakah beritanya sesuai standar atau tidak, sebagian orang yang terngiang bahwa ketua MCA adalah Ahoker merupakan hoax, akan langsung berubah dan percaya bahwa itu adalah sebuah fakta. Sebab apa? sebab yang memberitakannya adalah Jawapos.

Kalaupun sekarang Jawapos telah menghapus link berita tersebut dan meminta maaf, namun sebagian orang pasti tidak tahu dan masih percaya bahwa ketua MCA adalah Ahoker. Dan ini adalah goal yang sangat sempurna.

Lihatlah alur dan proses sebuah berita hoax bahwa ketua MCA adalah Ahoker. Mereka membuat konten di sosial media dan menuduh ketua MCA yang ditangkap oleh Polri adalah Ahoker. Disebar dan diviralkan. Sampai akhirnya Jawapos mengutip konten dari akun-akun tersebut.

Hoax yang semula dibuat oleh akun-akun tidak jelas, mendapat ‘verifikasi’ dari Jawapos, salah satu media mainstream terbesar di Indonesia, yang kemudian ditweet oleh Fahri Hamzah sang pimpinan DPR RI sebagai sebuah fakta dan kenyataan tak terbantahkan. Yang kemudian diretweet oleh pimpinan DPR lainnya, Fadli Zon. Luar biasa.

Apakah editor Jawapos adalah bagian dari agenda setting politik untuk menyelamatkan MCA? Apakah Fahri dan Fadli adalah orang yang tidak bisa menilai kualitas sebuah berita? Mengapa pimpinan DPR RI tidak mengkritik Jawapos yang menayangkan berita tidak sesuai standar? Malah mengaminkan dan ikut memviralkan. Apakah lagi-lagi ini semua hanya kebetulan belaka? Haha

Saya pikir Polri perlu memasukkan kejadian ini sebagai materi investigasi MCA dan Saracen. Perlu ada tracking ke akun-akun penyebar hoax dan investigasi reporter Jawapos. Jika memang tidak terkait, alhamdulillah. Tapi kalau ternyata ada foto mereka lagi satu meja, ya publik berhak tau. Sebab kita semua percaya, di atas MCA masih ada MCA. Begitulah kura-kura. (ARN/Seword)

Sumber: Berbagai Media

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca