JAKARTA – Andre Vltchek adalah filsuf, novelis, pembuat film, dan jurnalis investigasi. Dia adalah pencipta Vltchek World di Word and Images, seorang penulis novel revolusioner Aurora dan beberapa buku lainnya. Dia menulis khusus untuk majalah online “New Eastern Outlook”. Andre menulis betapa ajaran Wahabisme sebagai senjata Saudi dan barat untuk hancurkan sebuah negara, salah satunya Indonesia.
Baca: Saudi Ekspor Ekstrimisme ke Banyak Negara, Termasuk Indonesia
Hal itu terungkap ketika Pangeran Mahkota Saudi memberikan wawancara kepada The Washington Post, dimana ia menyatakan bahwa sebenarnya Baratlah yang telah mendorong negaranya untuk menyebarkan Wahabisme ke seluruh penjuru dunia, (ketika itu) yang ada hanya kebungkaman panjang tidak hanya di hampir semua media massa di Barat, tetapi juga di negara-negara (mayoritas muslim) seperti Mesir dan Indonesia.
Mereka yang membaca pernyataan itu, mengharapkan teguran keras dari Riyadh. Tapi itu tidak terjadi. Langit tidak jatuh. Petir tidak menyambar sang Pangeran atau the Post.
Jelas, tidak semua yang dikatakan Putra Mahkota muncul di halaman-halaman Washington Post, tetapi apa yang sebenarnya telah dimunculkan, seharusnya cukup untuk menjatuhkan seluruh (pengaruh) rezim di tempat-tempat seperti Indonesia, Malaysia atau Brunei. Atau setidaknya itu akan cukup (jika negara-negara itu berada) dalam ‘keadaan normal’.
Baca: Mohammed bin Salman: Penyebaran Wahhabisme Didanai Saudi Atas Perintah Barat
Yaitu (keadaan) jika penduduk disana belum sepenuhnya diindoktrinasi dan diprogram secara menyeluruh, dan jika para penguasa di negara-negara tersebut tidak menganut, atau mentolerir, bentuk agama yang paling agresif, chauvinistik dan ritualistik, (sebagai lawan dari bentuk agama yang bersifat intelektual atau spiritual).
Membaca apa yang tersirat dari laporan tersebut, Pangeran Arab Saudi itu menyatakan bahwa sebenarnya pihak Barat lah yang, ketika berperang dalam ‘perang ideologis’ melawan Uni Soviet dan negara sosialis lainnya, telah memilih Islam dan sayap ultra-ortodoks serta radikalnya, yaitu Wahabisme, sebagai sekutu dalam menghancurkan hampir semua aspirasi progresif, anti-imperialis dan egaliter di negara-negara dengan mayoritas Muslim.
Seperti dilansir oleh RT pada tanggal 28 Maret 2018:
“Penyebaran Wahabisme yang didanai oleh Arab Saudi dimulai ketika negara-negara Barat meminta Riyadh untuk membantu melawan Uni Soviet selama Perang Dingin, demikian Putra Mahkota Mohammad bin Salman mengatakan kepada Washington Post.
Baca: Bernie Sanders: Saudi Pendana Utama Terorisme Dunia
Dalam pernyataannya kepada harian tersebut, bin Salman mengatakan bahwa sekutu-sekutu Barat Arab Saudi mendesak negara itu untuk berinvestasi di masjid-masjid dan madrasah-madrasah di luar negeri selama Perang Dingin, dalam upaya untuk mencegah pengaruh Uni Soviet di negara-negara Muslim.
Wawancara dengan putra mahkota itu awalnya tidak boleh dipublikasikan. Namun demikian, kedutaan Arab Saudi kemudian menyetujui Washington Post menerbitkan beberapa bagian khusus dari pertemuan tersebut.”
Sejak awal penyebaran Wahabisme, satu demi satu negara telah jatuh; dirusak oleh ketidaktahuan, semangat fanatik dan ketakutan, yang telah mencegah orang-orang dari negara-negara seperti Indonesia pasca-1965 atau Irak pasca invasi Barat, untuk mundur (ke era sebelum intervensi Barat) atau untuk saat yang sama maju, menuju sesuatu yang dulunya alami bagi budaya mereka di masa lalu, yaitu menuju sosialisme atau sekurang-kurangnya sekularisme yang toleran.
Kenyataannya, Wahabisme tidak berhubungan dengan Islam. Atau lebih tepatnya bahwa paham ini memutus dan menggagalkan perkembangan alami Islam, dengan penentangannya kepada pengaturan egaliter dunia, dan untuk sosialisme. (ARN)
Sumber: Indonesian Islam – “Eat What Even Saudis Would Not Touch Anymore”
