Arab Saudi

Pakar Politik: Kalah Secara Militer, Saudi dan Sekutu Pilih Solusi Diplomatik di Yaman

SANA’A – Pakar politik percaya bahwa setelah Arab Saudi dan sekutunya regional serta internasionalnya gagal menaklukkan pelabuhan Hodeida Yaman melalui kekuatan militer, mereka saat ini beralih ke cara diplomatik untuk mencapai penyelesaian dengan pejuang Houthi Ansarullah, dan hal itu membuktikan kemampuan pasukan rakyat negara itu dalam menghadang agresi terhadap rakyat Yaman.

Arab Saudi dan sekitar 20 sekutunya, termasuk Uni Emirat Arab, Maroko dan Sudan, melancarkan perang brutal, yang mereka namai dengan Kode Operasi Badai Penentu, terhadap Yaman pada Maret 2015 dalam upaya untuk menginstal ulang Abd Rabbuh Mansur Hadi, sekutu setia Riyadh, dan menghancurkan gerakan rakyat, Ansarullah.

Perang yang dipaksakan itu awalnya terdiri dari kampanye pemboman, tetapi kemudian digabungkan dengan blokade darat, laut dan udara serta penyebaran pasukan darat ke Yaman.

Agresi mencapai puncaknya bulan lalu ketika aliansi pimpinan Saudi yang didukung Barat melancarkan serangan habis-habisan di kota pelabuhan Hodeida dengan tujuan memaksa gerakan Houthi bertekuk lutut dengan risiko memburuknya krisis kemanusiaan terbesar di dunia disana.

Jet-jet tempur Saudi dan kapal perang mereka membombardir benteng Houthi selama beberapa minggu untuk mendukung operasi darat oleh militan asing dan milisi Yaman bayaran Saudi, yang bergabung untuk melakukan serangan di selatan pelabuhan, dalam Operasi yang mereka sebut Operasi Kemenangan Emas.

Serangan nekat untuk menguasai pelabuhan utama Yaman itu mengancam kehidupan ratusan ribu warga sipil.

AS, Israel, Inggris dan Perancis dilaporkan ikut serta dalam serangan itu bersama pasukan Saudi dan Emirat. AS telah membantu Arab Saudi dan UEA dalam “melakukan pemboman udara di Yaman” dan menyediakan “jasa pengisian bahan bakar udara” untuk pesawat tempur mereka.

Dalam laporan pada 16 Juni, surat kabar Prancis Le Figaro melaporkan bahwa pasukan khusus Prancis ada di tanah Yaman dengan pasukan dari Uni Emirat Arab.

Surat kabar itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kegiatan mereka, tetapi sumber parlemen Prancis baru-baru ini mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan khusus Prancis berada di Yaman.

Pada 15 Juni, Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan bahwa Prancis sedang mempelajari kemungkinan melakukan operasi pembersihan ranjau untuk menyediakan akses ke pelabuhan Hodeida setelah koalisi pimpinan Saudi berhasil menyelesaiakan operasi militernya.

Meskipun Saudi mendapat dukungan AS dalam perang ini, Mohammed Abdul-Salam, juru bicara gerakan Houthi Ansarullah Yaman, pada hari Minggu menegaskan bahwa aliansi militer yang dipimpin Saudi telah gagal dalam upaya untuk menggulingkan kota pelabuhan strategis di barat Yaman, Hodeidah.

“Skenario musuh untuk memasuki Hodeidah telah menghasilkan kegagalan, karena mereka sangat bergantung pada perang psikologis dan propaganda media, menyembunyikan fakta-fakta nyata di lapangan,” kata jaringan televisi al-Masirah Yaman mengutip Abdul-Salam.

Abdul-Salam juga menambahkan bahwa Arab Saudi dan sekutunya tidak mengizinkan negosiasi perdamaian sejak konflik Yaman pecah.

Dalam keadaan seperti ini (kalah secara militer), negara-negara Barat yang dipimpin AS telah meningkatkan upaya mereka untuk mencari penyelesaian konflik melalui perundingan.

Sumber-sumber diplomatik mengatakan pada 18 Juli bahwa utusan Prancis untuk Yaman telah bertemu dengan para pemimpin Houthi di ibukota Yaman sebagai bagian dari upaya Paris untuk membantu meringankan krisis kemanusiaan di negara itu.

“Tujuan kunjungan utusan (Christian Testot) adalah kemanusiaan, untuk memberitahukan Houthi pada hasil pertemuan para ahli 27 Juni dan untuk melihat hasil nyata apa yang dapat dicapai di lapangan,” kata seorang sumber diplomatik Perancis, membenarkan laporan oleh surat kabar Le Figaro.

Analis, bagaimanapun, berpendapat bahwa pertemuan antara utusan Prancis dan pejabat Houthi adalah tanda yang jelas bahwa setelah upaya panjang oleh Barat untuk mengabaikan kekuatan populer Yaman, negara-negara Barat telah menyadari bahwa tidak ada solusi untuk konflik di negara itu yang bisa menjadi mungkin jika Houthi bukan bagian dari itu.

Ini terjadi sehari setelah koordinator kemanusiaan PBB, Lise Grande, mengatakan bahwa perundingan berada pada tahap lanjut bagi badan dunia untuk mengambil alih administrasi pelabuhan vital Hodeidah yang dikepung oleh koalisi pimpinan Saudi.

Pelabuhan Laut Merah itu adalah titik distribusi utama untuk pasokan komersial dan kemanusiaan ke Yaman.

Utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, mencoba untuk menengahi kesepakatan agar pelabuhan itu bisa dikelola secara independen oleh PBB. (oleh: Jafar Razi Khan/PTv/ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca