Afrika

Penjualan Senjata Afrika Selatan ke Saudi dan UEA Berkembang Pesat Sejak Perang Yaman

AFRIKA SELATAN – Penjualan senjata Afrika Selatan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tumbuh pesat sejak dimulainya agresi yang dipimpin Saudi terhadap Yaman. Berkembang dari persenjataan dasar menjadi perangkat keras canggih.

Afrika Selatan membantu Arab Saudi mengembangkan kapasitas pembuatan persenjataannya sendiri, sehingga menjadi kaki tangan kejahatan perang Riyadh di Yaman, tulis Middle East Eye.

Ia menambahkan bahwa Afrika Selatan juga telah menjual senjata ke Arab Saudi serta UEA sejak dimulainya agresi mematikan di Yaman, membantu mereka mengambil nyawa warga sipil yang tidak bersalah, termasuk perempuan dan anak-anak.

“Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menutup kunjungan bulan ini ke Kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dengan mengamankan investasi senilai $ 10 miliar dari masing-masing negara,” kata laporan itu.

Menurut laporan tahunan Komite Pengawasan Senjata Konvensional Nasional Afrika Selatan (NCACC), Afrika Selatan memasok senjata, amunisi dan kendaraan lapis baja, serta pengawasan dan teknologi militer ke Arab Saudi dan UAE pada tahun 2016 dan 2017, senilai lebih dari tiga miliar rands (hampir $ 228 juta).

Meskipun ada kekhawatiran tentang hak asasi manusia dan laporan pelanggaran serius hukum internasional oleh koalisi yang dipimpin Saudi, Afrika Selatan dan beberapa negara Barat telah memasok Arab Saudi dan UEA dengan senjata canggih dan peralatan militer.

Afrika Selatan tidak hanya menjual senjata ke Arab Saudi dan UEA. Bom mortir, pengangkut personel lapis baja, artileri, amunisi, sistem elektronik dan perangkat lunak juga di antara berbagai produk lainnya yang dipasok ke Riyadh dan Abu Dhabi, menurut laporan itu.

Pada Juni 2016, mantan presiden negara itu Jacob Zuma melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk membicarakan fasilitas Al-Kharj (Industri Militer) di Riyadh, bersama dengan Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.

Pabrik proyektil senilai $ 240 juta dibangun bekerja sama dengan Rheinmetall Denel Munitions Afrika Selatan dan diperkirakan akan menghasilkan minimal 300 artileri atau 600 proyektil mortir per hari, serta bom pesawat mulai dari 500 lb-2000lb.

Pada 2018, dealer senjata Afrika Selatan yang terkenal, Ivor Ichikowitz, mengumumkan bahwa Paramount Group, bisnis pertahanan dan aerospace global yang berbasis di Afrika, sedang dalam pembicaraan dengan Arab Saudi untuk mentransfer teknologi dan mendirikan pabrik produksi di sana, tambah laporan itu.

Disaat Saudi sibuk meluncurkan pabrik militer dan mengimpor senjata, UAE membangun kekuatan dengan tentara bayaran yang luar biasa besar, dan menggunakan kekayaan minyaknya untuk membeli senjata antara lain dari Afrika Selatan.

“Telah didokumentasikan dengan baik bahwa UEA telah mengontrak perusahaan keamanan militer swasta Blackwater, Erik Prince, untuk mengembangkan tentara model baru,” kata laporan itu.

Penelitian lain oleh The New York Times mengungkapkan bahwa pasukan ini terdiri dari pasukan asing dan dilatih oleh veteran Barat. Tentara bayaran Afrika Selatan juga telah dipekerjakan di militer swasta ini. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca