arrahmahnews

Irak: Tim PBB Akan Kumpulkan Bukti ‘Pembantaian Daesh’

BAGHDAD – Sebuah tim penyelidik PBB telah mulai bekerja di Irak untuk mengumpulkan bukti pembantaian minoritas Izadi/Yazidi oleh kelompok teroris Daesh/ISIS.

Menurut laporan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam surat tertanggal 17 Agustus telah memberitahu Dewan Keamanan PBB bahwa tim penyelidik yang dipimpin oleh pengacara hak asasi manusia Inggris, Karim Asad Ahmad Khan akan memulai kerjanya pada 20 Agustus.

Bukti tentang kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida dari penyelidikan akan diteruskan ke pengadilan Irak untuk mempelajari kasus-kasus narapidana Daesh.

Dewan Keamanan telah memilih pada resolusi untuk memulai penyelidikan pada September lalu untuk “mendukung upaya domestik” untuk meminta pertanggungjawaban teroris.

Potensi penggunaan bukti di pengadilan lain akan “ditentukan dalam perjanjian dengan pemerintah Irak atas dasar kasus per kasus,” bunyi resolusi tersebut.

Pada tahun 2014, Daesh melakukan genosida terhadap komunitas Izadi Irak selama serangannya terhadap wilayah utara Sinjar.

Kekejaman telah memaksa puluhan ribu Izadis melarikan diri dari negara Arab. Berbagai akun telah muncul, terus menghantui para korbannya.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa seorang wanita Izadi telah dipaksa untuk melarikan diri dari Jerman kembali ke Irak setelah dikejar oleh penculiknya yang diduga Daesh di Eropa.

BacaBudak Seks ISIS Kabur dari Jerman setelah Bertemu dengan Pemerkosanya.

“Saya melarikan diri dari Irak, agar saya tidak melihat kembali wajah jelek itu dan melupakan apa pun yang mengingatkan saya pada hal itu, tetapi saya terkejut melihatnya berada di Jerman,” Ashwaq Haji Hamid mengatakan kepada InfoMigrants, sebuah situs berita tentang migrasi.

Dia mengatakan seorang temannya tinggal di Stuttgart telah menceritakan kisah serupa tentang perrtemuan dengan penculiknya di Jerman.

Irak dan Suriah mengalahkan Daesh akhir tahun lalu. Namun, laporan yang diterbitkan oleh PBB pada awal bulan mengatakan 20.000-30.000 teroris Daesh telah mempertahankan kehadirannya di kedua negara tersebut.

Abdel Bari Atwan, seorang analisis Arab mengatakan bahwa pernyataan PBB soal 30.000 ISIS masih berada di Suriah dan Irak, adalah sebuah upaya untuk mempertahankan kehadiran militer AS dan sekutunya di negara itu. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca