NEW YORK – Dana Darurat Anak Internasional PBB (UNICEF) mengecam serangan udara Saudi baru-baru ini di provinsi Hudaydah Yaman yang menewaskan lebih dari dua puluh anak.
Pembantaian itu terjadi di kota Durayhimi pada hari Kamis (23/08), ketika serangan udara koalisi pimpinan Saudi menghantam kendaraan sipil, menewaskan 31 orang yang sebagian besar berisi anak-anak pengungsi.
Serangan mengerikan ini terjadi sekitar dua minggu setelah jet tempur Saudi membombardir sebuah bus sekolah di provinsi utara Sa’ada dengan bom Mark 82 dengan 227 kilogram, menewaskan total 51 orang, termasuk 40 anak-anak, dan meninggalkan hampir 80 orang lainnya terluka.
Baca: Saudi Serang Kendaraan Pengungsi Hodeidah, 31 Korban Tewas Mayoritas Anak-anak
“Saya sempat berharap bahwa kemarahan yang mengikuti serangan Sa’ada di Yaman dua minggu lalu akan menjadi titik balik dalam konflik ini. Kemarin, seiring dengan laporan serangan di Durayhimi, yang menewaskan 26 anak, menunjukkan bahwa ternyata tidak seperti itu, ”kata Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF, dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (24/08).
“Saya, sekali lagi menyerukan kepada pihak-pihak yang bertikai, mereka yang memiliki pengaruh ataspihak-pihak tersebut, Dewan Keamanan PBB, dan komunitas internasional, untuk mengambil tindakan dan mengakhiri konflik ini sekali dan untuk selamanya,” lanjutnya, menambahkan bahwa kehidupan ribuan “anak-anak yang terancam” di seluruh negara yang dilanda perang itu harus menjadi prioritas bagi semua.
Gerakan Ansarullah Yaman, yang memainkan peran penting dalam membantu tentara Yaman membela negara miskin itu melawan serangan koalisi Saudi, mengutuk serangan hari Kamis, mengatakan darah anak-anak tumpah lagi bahkan sebelum darah mereka yang tewas dalam serangan bus kering.
Baca: Analis: Serangan ke Anak-anak bentuk Aksi Teror Saudi untuk Paksa Yaman Menyerah
Arab Saudi dan beberapa sekutunya, termasuk Uni Emirat Arab, Maroko dan Sudan, melancarkan perang brutal, bernama Kode Operasi Badai Penentu, melawan Yaman pada Maret 2015 dalam upaya untuk menginstal ulang Abd Rabbuh Mansur Hadi, mantan presiden Yaman dan sekutu setia Riyadh, serta menghancurkan gerakan populer Houthi Ansarullah.
Gerakan ini telah menjalankan urusan negara tanpa adanya pemerintahan yang efektif selama tiga tahun terakhir.
Perang yang dipaksakan awalnya terdiri dari kampanye pemboman, tetapi kemudian digabungkan dengan blokade laut dan penyebaran pasukan darat ke Yaman, menimbulkan kelaparan dan wabah penyakit selain kehancuran fasilitas umum dan infrastruktur. (ARN)
