arrahmahnews

Arab Saudi-UEA Berusaha Paksa Oman Berpihak kepada Mereka

MUSCAT – Sebuah analisis baru mengatakan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ingin Oman meninggalkan sikap netral negara itu dalam perselisihan Teluk Persia dan berpihak kepada kepentingan mereka.

Analisis yang dirilis pada hari Minggu oleh Stratfor, media intelijen geopolitik Amerika, menyebut bahwa Riyadh dan Abu Dhabi, yang memimpin perang terhadap Yaman dan blokade atas Qatar, berusaha untuk mengarahkan kebijakan Oman sejalan dengan kepentingan mereka.

“Oman telah menahan diri dari sikap berpihak dalam konflik regional, tetapi kebijakannya mungkin akan berubah di bawah tekanan dari Arab Saudi dan UEA,” bunyi analsis tersebut.

Analisis itu menyebut bahwa Arab Saudi yang sombong, di bawah arahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dan Abu Dhabi yang kesal dibawah pimpinan Putra Mahkota yang ambisius, Mohammed bin Zayed, merasakan kesempatan untuk menggulung di Oman dan memaksa Muscat agar mengadopsi kebijakan yang selaras serta lebih dekat dengan kepentingan mereka.

“Mengambil manfaat dari kedekatan dalam hubungan dengan Washington, Riyadh dan Abu Dhabi memiliki peluang untuk menantang netralitas Oman” bunyi analisis tersebut lebih lanjut.

Riyadh dan Abu Dhabi, kata analisis itu, memiliki berbagai cara untuk mengubah perilaku Oman, di antaranya adalah dengan mengacaukan hubungan Muscat dengan AS, menekan warga dan bisnis Oman dan mencoba mempengaruhi proses suksesi Sultan Qaboos.

“Berkat pengaruh mereka yang meningkat di Gedung Putih saat ini, Riyadh dan Abu Dhabi dapat mencoba untuk meyakinkan Washington bahwa Muscat adalah mata rantai lemah dalam strategi regional anti-Iran yang sedang dijalankan Amerika Serikat, karena negara itu memungkinkan pasukan Houthi untuk melintasi tanah mereka dan memungkinkan Iran untuk menghindari sanksi dan blokade.”

“Oman, bagaimanapun, mungkin tidak seperti harapan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Tidak seperti Qatar, negara itu tidak memiliki Al Jazeera, yang telah membuat mereka (Saudi dan UEA) jengkel, juga tidak dapat dituduh berperan sebagai tuan rumah bagi Ikhwanul Muslimin.”

Juni lalu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA memberlakukan blokade darat, laut dan udara terhadap Qatar yang kehidupan penduduknya bergantung pada impor, dengan menuduh Doha mendukung terorisme, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Doha.

Blok yang dipimpin Saudi kemudian mengajukan sejumlah tuntutan terhadap Qatar dan memberikan negara kecil itu ultimatum untuk mematuhi mereka atau menghadapi konsekuensi.

Doha, bagaimanapun, menolak untuk memenuhi tuntutan dan menekankan bahwa mereka tidak akan meninggalkan kebijakan luar negerinya yang independen. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca