Arab Saudi

Blunder MBS dan Bagaimana Arab Saudi Kehilangan Pengaruhnya

RIYADH – Keluarga al-Saud memang memerintah Arab Saudi saat ini, tetapi jika mereka ingin tetap berjaya seperti itu, mereka harus memperbaiki penanganan yang mereka terapkan untuk berbagai masalah yang mereka hadapi saat ini.

Sebuah opini yang dimuat situs TRT World, saluran televisi internasional yang berbasis di Istanbul,Turki, menyebut bahwa Keluarga al-Saud bisa saja berkuasa untuk saat ini, tetapi berapa lama hal itu akan berlangsung patut dipertanyakan mengingat sepak terjang putra Mahkota Mohammed bin Salman benar-benar telah menciptakan masalah besar bagi kerajaan.

Baru minggu lalu saudara lelaki Raja, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, berkata kepada para demonstran anti perang dimana perkataannya secara tidak langsung merupakan bentuk pengakuan terhadap kegagalan para pemimpin Saudi menangani masalah Yaman.

“Mengapa kalian menyalahkan semua keluarga Al Saud? Salahkanlah orang-orang yang bertanggung jawab untuk itu (perang Yaman),” katanya.

Awal tahun ini, Dexter Filkins telah menulis sebuah artikel untuk The New Yorker dengan judul ‘Seorang Tamu Pangeran Saudi untuk Membentuk Kembali Timur Tengah’. Artikel ini bisa dibilang merupakan salah satu analisis terbaik dan terinci tentang kekacauan yang bisa kita sebut dengan ‘Perjudian tiga pangeran. Para pangeran itu adalah, Mohammad bin Salman (MBS), Mohammed bin Zayed (MBZ), dan Jared Kushner.

Tentu saja Kushner adalah seorang pangeran Amerika yang tidak seperti keluarga kerajaan Arab Saudi dan UEA dalam banyak hal, tetapi kekuatan, pengaruh, dan bagaimana ketiga pemimpin itu membayangkan masa depan Timur Tengah telah menyatukan mereka dalam banyak hal.

Blunder MBS, MBZ dan Kushner Ciptakan Lebih dari Sekedar Bencana

Sebelum masa jabatan Trump, pada 2013, adalah Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed, bersama rekan Saudinya yang membiayai kudeta militer berdarah melawan presiden pertama yang terpilih secara demokratis dalam sejarah Mesir.

Pada tahun 2015, keputusan bersama untuk melancarkan perang di Yaman dipimpin oleh MBS dan MBZ, dimana keduanya telah menyeret tetangga mereka itu ke dalam sebuah bencana sebagaimana yang kita lihat sekarang.

Pada 2016, lagi-lagi Mohammed Bin Zayed diduga kuat membiayai gerakan FETO untuk melakukan upaya kudeta berdarah yang dahsyat di Turki.

Menurut whistleblower Saudi, Mujtahid, yang diyakini sebagai anggota atau memiliki sumber yang terhubung dengan baik dengan keluarga kerajaan, menyebut bahwa MBZ memberi tahu Bin Salman jika ia memiliki hubungan dengan tokoh oposisi yang bermarkas di Pennsylvania, Fethullah Gulen, yang kemudian mengatur kudeta yang akhirnya gagal di Turki.

Menurut Mujtahid, Gulen menerima lebih dari 200 juta dolar dari Uni Emirat Arab untuk meluncurkan kudeta, tapi upaya kudeta itu gagal.

Pada 2017, adalah kuartet Arab pimpinan Mohammed Bin Zayed yang menerapkan blokade darat, laut, dan udara terhadap Qatar, blokade yang dikecam keras oleh PBB dan banyak pihak di komunitas internasional.

Filkins menyatakan bahwa beberapa pejabat Qatar berspekulasi jika Kushner mendukung blokade karena frustrasi atas kesepakatan yang gagal dengan perusahaan real estat keluarganya.

Pada bulan November di tahun yang sama, MBS mencoba menggunakan pengaruhnya di Lebanon dengan menahan Perdana Menteri Libanon Saad Hariri dan memaksanya untuk mengundurkan diri melalui pesan video, dimana kemudian sang Perdana Menteri itu kembali pulang dan membatalkan keputusannya.

Blunder hubungan MBS-MBZ-Kushner telah menciptakan banyak hal yang jauh lebih parah dari sekedar malapetaka di kawasan.

Runtuhnya Poisisi Arab Saudi dalam Dunia Islam

Tapi yang paling parah dari semua itu adalah bahwa, kedudukan Arab Saudi di dunia Islam telah mendapat pukulan keras yang tidak dapat diperbaiki lagi sebagai akibat ulah putra mahkota baru dan hubungannya dengan MBZ dari UEA, serta pemerintahan Trump. MBS telah menyeret Arab Saudi ke perairan dalam akibat terpengaruh atau bisa dibilang dikemudikan MBZ.

Analis politik menggambarkan kebijakan luar negeri Saudi saat ini sebagai sesuatu yang keluar dari tradisi, dan keluar dari kebiasaan pendekatan konservatif mengenai perilaku terhadap para tetangga dan sekutunya, ataupu terhadap peran yang menentukan di dunia Islam.

Pengaruh MBZ tidak kecil pada kebijakan-kebijakan Arab Saudi, yang mulai terlihat nyata ketika anda melihat peran MBZ dalam membawa MBS berkuasa. Setelah semua itu, kini MBS sulit disingkirkan dari kursi raja Saudi berikutnya.

Bagaimanapun, masa depan Arab Saudi bisa bergerak ke beberapa arah. Di satu sisi, tampaknya banyak kesalahan MBS (meskipun diilhami oleh MBZ) sebenarnya masih bisa diperbaiki. Kegagalan MBS dan MBZ selama ini adalah hasil dari persepsi salah mereka terhadap demokrasi dan politik di dunia Islam. Akibatnya, kebijakan-kebijakan yag mereka ambil saat ini justru lebih jauh mengisolasi kerajaan Saudi dan UEA, serta visi mereka untuk kawasan.

Jika Arab Saudi, misalnya, meninggalkan kebijakan kontra-revolusi, dan merangkul masa depan untuk kawasan yang diilhami oleh keinginan rakyat, maka upaya kudeta, perang dan kekacauan bisa dengan cepat, memudar, akhirnya menjadi sesuatu dari masa lalu.

Hal terbaik bagi Arab Saudi adalah menjauhkan diri dari politik Mohammed Bin Zayed yang kemungkinan adalah pengemudi paling berpengaruh di balik pergeseran destruktif tiba-tiba dalam kebijakan luar negeri Saudi. Ini adalah demi kepentingan jangka panjang yang berkelanjutan bagi negara Saudi.

Sisi lain dari koin ini, jika MBS terus dalam kebijakannya, maka hal ini akan mengarah kepada dua skenario yang mungkin: yang pertama adalah pergolakan dari dalam, terinspirasi oleh tokoh-tokoh kunci dari dalam keluarga Saud, dimana daftar para pembangkang yang marah dengan sepak terjang MBS di dalam dan di luar negeri semakin berkembang dimana mereka kini menjadi semakin terang-terangan.

Keputusan Raja Salman untuk menghentikan Aramco, raksasa minyak Saudi, dari menjadi perusahaan publik adalah tanda bahwa ia menyadari MBS adalah magnet kegagalan dan tidak mungkin bisa dipercaya untuk mempertaruhkan Aramco, jalur ekonomi turun temurun Saudi. Jika raja Saudi tidak bisa membendung kisah Saga kegagalan demi kegagalan MBS, maka pergolakan adalah sebuah kemungkinan nyata.

Skenario kedua adalah kelanjutan dari kenyataan saat ini, dimana dengan tangan besi MBS, MBZ, dan sekutu Barat mereka berusaha untuk mencetak kawasan ke dalam cetakan mereka sendiri terlepas dari kehendak rakyat. Ini tidak akan bisa terwujud, mengingat banyaknya musuh yang mereka ciptakan, terutama, musuh dari dalam.

Sekarang lebih dari sebelumnya, kedaulatan politik Saudi tampaknya menjadi mimpi yang memudar.

Beberapa minggu lalu telah terungkap kenyataan tentang ketidakpuasan dalam keluarga kerajaan Saudi. Dari percakapan Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dengan para pengunjuk rasa dan bagaimana ia tidak mau dilibatkan dengan kesalahan MBS, hingga pemenjaraan ulama Islam internasional yang dihormati, Salman Al Awdah, kini kemungkinan hukuman mati yang dijatuhkan untuk Al-Awdah, menjadi sebuah gagasan yang memantik api kemarahan di hati jutaan orang.

Masa depan yang genting dari negara Saudi sekarang terletak di tangan orang-orang di dalam keluarga kerajaan yang peduli akan kelangsungan eksistensi kerajaan Arab Saudi. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca