BASRA – Departemen Luar Negeri AS mengumumkan keputusannya untuk menutup dan mengevakuasi konsulat mereka di Basra, di Irak selatan, dengan beralasan risiko keamanan setelah insiden kekerasan di dekat fasilitas itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert mengatakan pada hari Jumat waktu AS bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah memerintahkan konsulat AS di Basra untuk segera memindahkan memindahkan para personel diplomatik AS di negara Arab tersebut.
Pompeo mengatakan bahwa keputusan ini dibuat untuk melindungi diplomat Amerika terhadap kekerasan, yang ia tuduhkan pada Iran. Diplomat Amerika mengklaim Iran sedang mencoba untuk menggunakan potensi risiko bagi staf AS di sana sebagai bentuk upaya mempengaruhi administrasi Donald Trump dan kebijakan anti-Irannya.
“Mengingat meningkatnya dan ancaman serta hasutan khusus untuk menyerang personel dan fasilitas kami di Irak, saya telah mengarahkan agar relokasi sementara personil diplomatik di Irak dilangsungkan,” kata Pompeo di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Namun, klaim Pompeo ini ditolak oleh seorang pejabat senior keamanan Irak, yang berbicara dengan syarat anonim. Pejabat senior keamanan Irak itu mengatakan kepada The Washington Post bahwa keputusan untuk menutup konsulat di Basra tidak muncul karena didorong oleh ancaman yang kredibel dari Iran atau kelompok-kelompok yang didukungnya.
“Kami tidak mengetahui adanya niat oleh Iran atau teman-temannya di Irak untuk menyerang diplomat atau konsulat Amerika,” kata pejabat itu, menepis “langkah yang tidak menguntungkan” ini sebagai keputusan bermotif politik.
Perkembangan itu terjadi beberapa minggu setelah sekelompok penyerang membakar konsulat Iran di Basra. Kemudian, sejumlah roket juga ditembakkan ke konsulat Amerika, yang terletak di dekat bandara kota.
Serangan itu terjadi setelah beberapa minggu kerusuhan di Basra, dipicu oleh kemarahan warga atas pasokan listrik yang buruk dan air kotor, yang membuat ribuan orang sakit.
Sementara Iran sendiri telah menjadi korban krisis dan ketegangan di kota itu, pemerintah AS bersikeras Republik Islam Iran harus bertanggung jawab atas setiap serangan terhadap fasilitas AS.
Permainan menyalahkan AS ini sangat kontras dengan pernyataan para pejabat Irak, yang telah menyalahkan Amerika Serikat, teroris dan sisa-sisa rezim Ba’aths sebagai penyebab gelombang kekerasan baru-baru ini di Basra. (ARN)
