BEIRUT: Sekretaris Jendral Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah dalam sambutan dihadapan para pendukungnya, pada hari Rabu (19/09) mengatakan bahwa gerakan perlawanan Lebanon itu akan tetap berada di Suriah untuk perang melawan terorisme selama Damaskus membutuhkannya.
“Tidak ada yang bisa memaksa kami keluar dari Suriah … Kami akan tinggal sampai pemberitahuan lebih lanjut,” tegasnya, menambahkan, “Kehadiran kami di sana terikat pada kebutuhan dan persetujuan dari pimpinan Suriah.”
“Kami akan tetap di sana bahkan setelah kesepakatan Idlib,” ujar Nasrallah menambahkan, mengacu pada kesepakatan Rusia-Turki untuk membuat zona penyangga di provinsi Idlib Suriah, benteng teroris besar terakhir di negara Arab tersebut.
Baca: Sekjen Hizbullah: AS Perpanjang Umur ISIS di Suriah
Pada hari Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Turki, Recep Tayyib Erdogan mengumumkan setelah pembicaraan mereka di resor Laut Hitam Sochi bahwa mereka telah sepakat untuk menciptakan zona demiliterisasi sejauh 15-20 kilometer di Idlib sepanjang garis kontak antara oposisi bersenjata dan pasukan pemerintah pada 15 Oktober.
“Secara alami, ketenangan garis depan dan penurunan ancaman akan berdampak pada jumlah yang hadir,” katanya.
“Dengan kesepakatan Idlib, jika semuanya dilakukan dengan benar, kita dapat mengira bahwa Suriah akan menuju ke arah ketenangan yang hebat, dan secara konkret tidak akan ada lagi pertempuran garis depan,” kata Nasrallah.
Baca: Ini Rincian Kesepakatan Turki-Rusia Soal Zona De-Militerisasi di Idlib
Ia juga memuji hasil KTT di Idlib yang diselenggarakan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani dan dihadiri oleh rekan Turki dan Rusianya awal bulan ini di Teheran.
Iran, bersama dengan Rusia dan Hezbollah, telah secara efektif membantu pemerintah Suriah dalam perjuangannya melawan teroris. (ARN)
Sebar:
