MADISON – Presiden AS Donald Trump tidak ingin menyalahkan Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman atas kematian jurnalis Jamal Khashoggi karena kedekatannya pada pemimpin de facto kerajaan itu. Seorang akademisi dan analis Amerika mengatakan hal ini saat mengkritisi sikap Trump atas pembunuhan jurnalis Khashoggi.
“Bahwa presiden tidak mengambil langkah yang lebih tegas untuk mengecam putra mahkota Arab Saudi atas pembunuhan Khashoggi tampaknya hasil dari kedekatannya dengan pangeran,” kata James Fetzer, seorang pensiunan profesor filsafat di University of Wisconsin di Madison.
Baca: Laporan Super Lucu Trump Soal Pembunuhan Khashoggi
“Ia tampaknya menyukainya (Mohammed Bin Salman) sebagai pribadi dan ingin mempertahankan hubungannya”, kata Fetzer dalam wawancara dengan Press TV pada hari Senin (19/11).
Trump tidak bisa melepaskan bin Salman meskipun ada bukti yang kuat bahwa pangeran memerintahkan pembunuhan terhadap pengkritik Saudi di luar negeri itu, dan itu karena presiden AS tersebut memiliki taruhan pribadi dalam membela Bin Salman.
Baca: Turki: Pangeran Mohammed bin Salman Otak Pembunuhan Khashoggi
Arab Saudi, setelah awalnya menyangkal memiliki peran dalam hilangnya Khashoggi, berbalik arah dan mengakui bahwa para pejabat Saudi bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Sebelumnya Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa perintah untuk operasi berasal dari tingkat tertinggi kepemimpinan Saudi tetapi mungkin bukan Raja Salman, membuat dunia menyoroti pada pewaris takhta berusia 33 tahun tersebut.
Baca: Mantan Agen FBI: Bin Salman Ingin Pembunuhan Khashoggi Berlangsung Sebrutal Mungkin
Khashoggi dibunuh oleh regu pembunuh beranggotakan 15 agen Arab Saudi, termasuk para ajudan Bin Salman dan beberapa anggota dari rincian keamanannya, di dalam konsulat Saudi di kota Istanbul Turki pada 2 Oktober.
Mengutip sumber informasi, The Washington Post melaporkan pada 16 November bahwa CIA telah menyimpulkan bahwa bin Salman memerintahkan pembunuhan itu.
Trump, yang sudah menolak untuk secara langsung melibatkan Pangeran Mohammed, kemudian menentang badan intelijen negaranya sendiri dengan mengatakan bahwa penilaian CIA itu masih “sangat prematur”. (ARN)
