ANKARA – Para pembunuh jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, diberitahu untuk mendengarkan musik sementara mereka memutilasinya hidup-hidup, dan salah satu dari mereka mengatakan bahwa ia menikmatinya. Menteri luar negeri Turki menyampaikan hal ini saat menjabarkan isi rekaman audio dari pembunuhan itu.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan bahwa dirinya secara pribadi mendengarkan rekaman audio yang menegaskan rincian mengerikan yang sebelumnya dilaporkan, tentang kematian kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul.
Baca: Polisi Turki Geledah Vila Warga Saudi Terkait Kasus Pembunuhan Khashoggi
“Saya mendengarkannya. Dia terbunuh dalam waktu tujuh menit. Itu adalah pembunuhan yang disengaja, “kata Cavusoglu kepada outlet Jerman Suddeutsche Zeitung dalam sebuah wawancara.
Ia menggambarkan bahwa dalam rekaman tersebut terdengar seorang dokter yang berbicara kepada para pembunuh, memberitahu mereka untuk mendengarkan musik saat mereka memotong-motong tubuh Khashoggi. Salah satu dari mereka kemudian mengatakan bahwa ia suka memotong-motong (tubuh) manusia. “Itu menjijikkan,” kata Cavusoglu.
Baca: CIA Milik Rekaman Putra Mahkota Saudi Perintahkan Pembunuhan Khashoggi
Berbagai detail berdarah dari pembunuhan Khashoggi sebelumnya telah dilaporkan oleh berbagai sumber, termasuk dugaan penggunaan musik untuk menenggelamkan teriakan pria itu ketika ia sedang dipotong hidup-hidup.
Khashoggi terbunuh pada awal Oktober, setelah ia memasuki konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Alarm mengenai pembunuhan ini pertama kali dikemukakan oleh pejabat Turki. Sebuah tim yang terdiri dari 15 orang Saudi adalah tersangka dalam kasus ini, dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dituduh secara pribadi memerintahkan pembunuhan itu.
Baca: Turki Akan Rilis Rekaman Pembunuhan Khashoggi, Kerajaan Saudi Terancam
Para pejabat Saudi menyangkal jika ahli waris Raja itu ikut andil tentang pembunuhan itu dan berbalik menyalahkan orang-orang Bin Salman dengan menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan operasi jahat itu tanpa sepengetahuan Putra Mahkota. (ARN)
