SANA’A – Menurut survei terbaru, sekitar 53 persen dari seluruh penduduk Yaman, yaitu sekitar 15,9 juta orang, sekarang menghadapi “kerawanan pangan akut yang parah” sebagai akibat langsung dari invasi koalisi pimpinan Saudi yang menghancurkan ekonomi negara tersebut.
Survei, yang hasilnya dipublikasikan pada hari Sabtu (08/12) itu dilakukan oleh pejabat Yaman dan ahli internasional selama bulan Oktober berdasarkan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), yang juga dikenal sebagai skala IPC.
Baca: 5 Badan Amal Dunia Desak AS-Saudi Stop Jadikan Kelaparan Senjata Perang di Yaman
Menurut skala tersebut lima poin IPC, angka 3 menggambarkan “krisis”, 4 untuk “darurat” dan 5 digunakan untuk merujuk pada “bencana” dan kemungkinan kelaparan.
Survei itu memperingatkan bahwa 15,9 juta orang sekarang dalam fase 3-5 dan nantinya bisa mencapai 20,1 juta orang, 67 persen dari populasi, jika tidak ada bantuan makanan yang memadai. Sedangkan jumlah mereka yang benar-benar dalam “bencana” akan meningkat tiga kali lipat menjadi 238.000.
Jumlah ini adalah hasil dari perang tak seimbang yang dipaksakan koalisi Arab Saudi terhadap negara miskin itu selama hampir empat tahun yang mengakibatkan selain kerusakan berbagai fasilitas penting, juga membuat harga pangan sangat tinggi, krisis likuiditas, gangguan mata pencaharian, dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Baca: WFP: 12 Juta Warga Yaman Diambang Kelaparan Terburuk dalam 100 Tahun
Survei itu juga mengatakan bahwa bantuan pangan, yang disediakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok bantuan lainnya, tidak cukup untuk mengatasi kesenjangan itu.
“Respons segera diperlukan untuk menyelamatkan jiwa dan mata pencaharian jutaan orang agar tidak tergelincir ke kasus terburuk berikutnya yaitu kelaparan,” bunyi keterangan yang menyertainya.
Baca: Houthi: DK PBB Tak Mampu Akhiri Perang dan Kelaparan di Yaman
Hasil lebih lanjut menunjukkan adanya banyak kantong-kantong kelaparan ekstrim di Yaman, yang terkonsentrasi di daerah-daerah dengan pertempuran aktif, khususnya di wilayah barat dan utara. Mereka juga memperingatkan bahwa tanpa bantuan kemanusiaan, 13 provinsi akan mengalami bencana pangan. Beberapa hasil survei juga dirilis oleh PBB pada hari Kamis. (ARN)
