BANGKOK – Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengecam langkah kontroversial Australia dalam mengakui Yerusalem al-Quds sebagai ibukota rezim Israel, mengatakan bahwa “mereka tidak memiliki hak” untuk melakukannya.
Baca: Pengamat: Kesetian Indonesia dan Jokowi ke Palestina
Pemimpin Malaysia itu menyampaikan kecamannya di sela-sela acara di ibukota Thailand, Bangkok, pada hari Minggu (16/12), sehari setelah Canberra mengumumkan bahwa mereka secara resmi mengakui kota itu sebagai “ibu kota” Israel dan akan memindahkan kedutaannya di Tel Aviv setelah penyelesaian damai tercapai.
Baca: Memalukan! Bahrain Bela Australia yang Akui Yerusalem Ibukota Israel
“Yerusalem (al-Quds) harus tetap seperti sekarang dan bukan ibu kota Israel”, kata Mahathir, menambahkan, “Yerusalem selalu berada di wilayah Palestina, jadi mengapa mereka mengambil inisiatif untuk membaginya? Yerusalem bukan milik mereka, kecuali untuk membagi orang Arab dan orang Yahudi? Mereka tidak punya hak”.
Baca: Setelah Yerusalem, Anggota Kongres Desak AS Akui Golan sebagai Wilayah Israel
Langkah provokatif Australia mengikuti keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika ke kota dari Tel Aviv pada tanggal 14 Mei, membuat marah orang-orang Palestina dan dunia Islam yang lebih luas dan membuat marah sekutu Baratnya. (ARN)
