CARACAS – Pada hari Minggu (27/01), Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengunjungi beberapa pangkalan militer dan bertemu dengan anggota angkatan bersenjata.
“Kita sedang mempersiapkan latihan militer paling penting dalam sejarah,” kata Maduro selama kunjungannya ke pangkalan militer tersebut.
Maduro mengunjungi Brigade Lapis Baja ke-41 di Fort Paramacay dan Pangkalan Angkatan Laut Agustín Armario, di kota Puerto Cabello.
Patrullamos las costas de Puerto Cabello en los Tanques Anfibios, dispuestos para la defensa de nuestra patria. pic.twitter.com/f0EGrL9HB8
— Nicolás Maduro (@NicolasMaduro) January 27, 2019
Maduro pada hari Jumat lalu mengumumkan latihan militer yang akan berlangsung pada 10-15 Februari dimana Pasukan siap untuk berlatih membela wilayah negara, pantai dan sungai dari penjajah asing. Selain itu, militer akan meninjau mekanisme untuk mobilisasi sipil dan militer.
Setelah ketua ketua Majelis Nasional Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara negara, AS, Kanada dan banyak negara Amerika Latin serta Eropa mengakui pemimpin oposisi dan kepala negara negara itu, Maduro mengatakan Angkatan Bersenjata Nasional harus siap untuk membela Venezuela dan mengumumkan latihan militer besar-besaran.
En la Base Naval C/A. Agustín Armario, afianzamos nuestra herencia Caribe que con espíritu guerrero defendió con su vida la patria. pic.twitter.com/li96sg9Bdk
— Nicolás Maduro (@NicolasMaduro) January 27, 2019
Menteri Pertahanan Vladimir Padrino sebelumnya mengatakan bahwa tentara Venezuela tidak mendukung pemimpin yang memproklamirkan diri dan siap untuk melindungi kedaulatan nasional.
La Armada Bolivariana, siempre lista para defender nuestros mares con profesionalismo y patriotismo. ¡Los felicito muchachos y muchachas! pic.twitter.com/4CN6ePNinI
— Nicolás Maduro (@NicolasMaduro) January 27, 2019
Maduro menuding bahwa Washington telah dengan terencana mengatur kudeta di negara Amerika Latin itu dan mengatakan bahwa Caracas memutuskan hubungan diplomatik dengan Washington.
Hubungan AS-Venezuela telah mengalami ketegangan jauh sebelum Maduro menjabat sebagai presiden, namun ketegangan mulai memuncak saat Trump mengatakan pada Agustus 2017 bahwa ia tidak mengesampingkan “opsi militer” untuk mengakhiri kekacauan di Venezuela. (ARN)
