arrahmahnews

Jokowi: Setiap Ketemu Ulama, Hati Saya Selalu Damai

Arrahmahnews.com JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung beberapa kebijakan di era kepemimpinannya yang pro-masyarakat muslim dan tidak menunjukkan bahwa dirinya merupakan antek asing. Jokowi mengklaim dirinya tenang dan damai berada di tengah-tengah ulama.

Hal ini diungkapkan oleh Jokowi dalam acara Silaturahmi dengan Peserta Halaqah Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren dari 27 Kabupaten di Jawa Barat Tahun 2019 di Istana Negara, Kamis (28/2).

“Setiap bertemu dengan para ulama, hati saya selalu merasa tenang, damai. Maka tidak benar Jokowi itu anti-Islam, anti-ulama. Apalagi setiap minggu saya bertemu dengan ulama. Bahkan, kami telah membangun 44 bank wakaf mikro dalam rangka mendukung ekonomi di lingkungan pesantren,” ujar Jokowi.

Ia mengatakan pembangunan bank wakaf mikro sengaja dilakukan agar ekonomi di lingkungan pesantren bisa meningkat melalui akses permodalan yang luas. Sebab, ia meyakini potensi pengembangan ekonomi pesantren melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sangat bisa dilakukan asal akses permodalan dibuka.

BacaCerita Jokowi, dari ‘Bantaran Kali’ Menuju Istana.

“Memang pondok pesantren kita ini ada 29 ribu, ya jumlah 44 itu belum ada apa-apanya. Tapi ini yang paling penting sudah kita mulai,” katanya.

Selain bank wakaf mikro, Jokowi menyatakan pemerintahan Kabinet Kerja juga turut mengeluarkan program Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas yang juga menyasar para santri di pondok pesantren.

Lewat BLK, kata dia, para santri akan mendapat pelatihan keterampilan di berbagai bidang. Tak hanya itu, para santri lulusan BLK akan pula mendapat kepastian kerja karena program ini terkoneksi langsung dengan industri.

Ia menyebut pemerintah telah membangun 50 BLK pada 2017 dan 75 BLK pada 2018. Sementara pada tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan berencana membangun 1.000 BLK. Sedangkan pada tahun depan ditargetkan akan terbangun 3.000 BLK.

“Supaya apa? Supaya cepat. Kalau 29 ribu (pesantren di Indonesiq) setahun hanya (bangun) 1.000 BLK, maka tunggunya 29 tahun. Ini saya percepat karena saya keluar masuk pondok pesantren, jadi semakin saya tahu kebijakan apa yang diperlukan, saya dengar keluhan dari santri, kyai,” ungkapnya.

Selanjutnya, Jokowi turut ‘memamerkan’ keberhasilannya merebut blok minyak dan gas bumi serta tambang emas dari tangan operator asing. Hal tersebut diklaimnya merupakan bukti nyata bahwa dirinya bukan antek asing seperti yang selama ini kerap dituduhkan.

Baca: Denny Siregar: Perang Besar Jokowi Lawan Mafia Lahan.

Dari sektor migas, Indonesia, katanya, berhasil merebut operasional Blok Rokan dari Chevron. Saat ini, operasional blok migas tersebut sudah 100 persen dijalankan oleh Pertamina.

Sementara di sektor pertambangan, Inalum kini menjadi pemegang saham mayoritas mencapai 51 persen dari pengelolaan tambang Freeport di Papua.

“Dipikir mudah apa yang seperti ini, dipikir gampang? Kalau mudah dan gampang, seharusnya sejak dulu diambil, tapi kenapa tidak sejak dulu? Tapi sudah begini, saya masih disebut pro asing? Padahal saya hanya mau yang salah dikatakan salah, yang benar dikatakan benar,” tuturnya.

Di luar kebijakan ekonomi, ia menyatakan kebijakan penetapan Hari Santri merupakan salah satu bukti lain bila pemerintahannya pro terhadap Islam. “Katanya Jokowi itu anti Islam, anti ulama, loh yang tanda tangan Hari Santri itu siapa? Kalau saya anti Islam, tidak mungkin saya tanda tangani.

Di sisi lain, Jokowi mengajak para ulama dan masyarakat pondok pesantren untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan bagi bangsa dan negara. “Agar betul-betul terus berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucapnya. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca