arrahmahnews

Mengenang 16 Tahun Tewasnya Rachel Corrie, “Aku Disini karena Aku Perduli”

YERUSSALEM – Hari ini, 16 Maret 2019, adalah tepat 16 tahun tewasnya Rachel Corrie, seorang perempuan muda asal Amerika Serikat yang mendedikasikan hidupnya untuk membela Hak Asasi Manusia, terutama hak warga Palestina yang dijajah Israel. Ia dibunuh dengan cara mengerikan oleh militer Israel saat berusaha melindungi rumah seorang dokter Palestina.

Peristiwa pembunuhan keji Corrie terekam dalam sebuah video, yang menunjukkan bagaimana militer Zioinis mengemudikan tank Caterpillar D-9 dan melindasnya. Pembunuhan ini secara grafis menggambarkan realitas dehumanisasi dari militer pendudukan di Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Gaza.

Rachel Corrie adalah satu dari delapan relawan asal Amerika Serikat dan Inggris yang bertindak sebagai perisai manusia bagi warga Palestina yang ada di sana. Mereka tergabung dalam International Solidarity Movement (ISM).

Baca: Mengenang Rachel Corrie, Aktivis Hak-hak Palestina yang Dibuldozer Israel

Meski berteriak menggunakan pengeras suara, melambai-lambaikan tangan, sebuah buldoser milik militer Israel tetap menabraknya, lalu melindasnya.

“Aku pikir ia tertabrak ….”

“Ya, aku melihatnya, aku pikir dia sudah mati,” bunyi suara dalam rekaman.

“Ia berdiri di atas gundukan tanah,” kata sesama aktivis, Richard Purssell yang berasal dari Brighton, seperti dikutip dari The Guardian dalam wawancara.

“Pengemudi buldoser tidak mungkin tak melihatnya. Saat blade (bagian buldoser) merangsek, tumpukan tanah itu naik. Rachel meluncur turun dari sana. Namun, kakinya terperangkap. Pengemudinya tak lantas melambat, tapi justru menabraknya.”

Kendaraan berat itu sempat mundur. Tapi kemudian maju dan melindas gadis muda itu.

Rachel Corrie sempat dilarikan ke rumah sakit Najar, menggunakan ambulans milik Bulan Sabit Merah. Ia masih hidup saat tiba di ruang gawat darurat pukul 17.05. Tak lama kemudian, saat jarum jam menunjuk ke 17.20, ia dinyatakan meninggal dunia.

Baca: PLO: AS Berupaya Tutupi Pelanggaran HAM Israel atas Bangsa Palestina

Gadis pemberani itu pergi dalam usia muda, 23 tahun.

Namun, hasil investigasi militer Israel atau Israeli Defence Forces (IDF) menyebut, pasukannya tak bisa dipersalahkan. Pengemudi buldoser juga tak dilandrat dengan alasan ia tak melihat keberadaan aktivis tersebut.

Tak ada perkara yang diajukan. Kasus kematian Rachel Corrie dianggap selesai.
Kematian tragis Corrie kemudian menjadi sorotan, membawa perhatian dunia pada penderitaan dan kematian ribuan rakyat Palestina.

16 tahun pasca kematian Corrie, situasi di Tepi Barat dan Gaza tidak berbeda hingga hari ini. Pembersihan etnis Palestina terus berlanjut setiap hari.

Meski Palestina mungkin tidak dijadikan berita utama di media-media mainstream, tetapi pemeriksaan ID secara acak, pemerikasaan tubuh, keterlambatan, pembatasan pergerakan, penahanan, penangkapan, hukuman kolektif, perusakan properti termasuk pohon zaitun dan tanaman pertanian, pencurian, invasi rumah, perampasan infrastruktur , pendudukan birokrasi dan ekonomi, pengepungan Gaza dan serangan militer yang agresif dan terus menerus masih terjadi terhadap warga Palestina.

Corrie mungkin telah meninggalkan dunia, tetapi semangat membela hak mereka yang tertindas yang ia miliki menorehkan semagat terhadap mereka yang perduli terhadap kemanusiaan. Tahun lalu, International Solidarity Movement (ISM), Lembaga dimana Corrie menjadi relawan, merilis sebuah video kenangan yang memperlihatkan Corrie kecil berpidato, dimana ia menyuarakan pembelaan atas Hak Anak diseluruh dunia.

Pernyataan gadis kecil Corrie yang kemudian menjadi sorotan adalah, “Aku disini, karena aku perduli.” (ARN)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: