WASHINGTON – Konflik antara Qatar dan tetangganya di Teluk (Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain) telah menjadi “situasi kalah sama kalah” dan mengancam keamanan kawasan. Lolwah RM Al-Khater, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar , dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Al-Monitor di Washington, DC menyampaikan hal ini.
“Ini jelas bukan situasi yang sehat dan memiliki banyak konsekuensi lain, termasuk konsekuensi politik, untuk seluruh kawasan,” kata Al-Khater, merujuk pada krisis yang meletus pada Juni 2017 ketika Arab Saudi, UEA dan sekutunya, termasuk Mesir , memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Ia lebih lanjut menyatakan, “Ini akan membahayakan keamanan kawasan secara umum.”
Al-Khater yang ditunjuk sebagai juru bicara pada tahun 2017 oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Mohammad Bin Abdulrahman Al-Thani, mengatakan bahwa meskipun ada beberapa upaya mediasi ,termasuk seruan oleh Presiden AS Donald Trump untuk pertemuan antara pihak-pihak yang bermusuhan itu, hanya sedikit kemajuan yang terjadi untuk menyelesaikan konflik yang hampir dua tahun ini.
Baca: Sheikh Tamim: Koalisi Saudi Tak Ingin Temukan Solusi untuk Krisis Qatar
“Ini telah menjadi norma baru,… [dan] ada ribuan keluarga yang membayar harganya untuk ini,” ujarnya sebagaimana dikutip Al-Monitor.
Al-Khater, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri yang berkuasa penuh di Kementerian Luar Negeri dan sebagai direktur perencanaan dan kualitas di Qatar Tourism Authority, juga berbicara tentang visi Qatar untuk Suriah, Afghanistan dan proses perdamaian Palestina-Israel, di antara topik lainnya. Menyusul pengumuman 23 Mei bahwa ISIS telah kehilangan benteng teritorial terakhirnya di Suriah, juga seputar upaya rekonstruksi yang semakin mendesak. (ARN)
