Arrahmahnews.com, JAKARTA – Geger Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno. Perihal ‘bukan orang penting’ jadi perdebatan di antara kubu Prabowo-Sandi.
Semua berawal dari komentar Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono yang meminta Partai Demokrat keluar dari koalisi Prabowo-Sandi lantaran dianggap tak berkontribusi. Singkat cerita, Gerindra meminta maaf kepada Demokrat atas pernyataan Poyuono. Demokrat menghormatinya sembari menyebut Poyuono bukan orang penting.
Baca: Mantan Wasekjen Gerindra Siap Bongkar Kelompok Radikal Pendukung Prabowo
“Kami menghormati sikap Gerindra. Sejak lama sebetulnya kami melihat bagaimana Arief Poyuono ini bukan orang penting di Gerindra. Jadi dipecat tidak dipecat sebetulnya tidak terlalu berpengaruh buat kami,” kata Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean kepada wartawan, Senin (13/5/2019).
Puluhan kali saya ke Kertanegara selama proses pemilu ini, saya tidak pernah menemukan mukanya Arief Poyuono ada di sana. Jadi siapa sih dia sebetulnya? Apakah dia orang penting di Gerindra? Kalau iya kenapa tidak pernah hadir di sana?" kata Ferdinand.https://t.co/ppEzw92KuS
— FERDINAND HUTAHAEAN (@FerdinandHaean2) May 11, 2019
Permintaan maaf kepada Demokrat itu sebelumnya disampaikan Ahmad Riza Patria, Ketua DPP Partai Gerindra. Ferdinand mengaku menghormati apapun keputusan internal Partai Gerindra terkait tindakan untuk Poyuono yang membuatnya gerah.
Poyuono menepis pernyataan Ferdinand yang mencapnya sebagai bukan orang penting. Dia lantas mengungkit penetapan cawapres untuk Prabowo Subianto.
Baca: Andi Arief: Demokrat Korban Politik Identitas BPN
“Tahu apa kader Demokrat tentang saya di Gerindra. Wong AHY saja bisa saya check out dari cawapresnya Prabowo kok,” ujar Poyuono, Senin (13/5).
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono memang sempat masuk bursa cawapres Prabowo, meski akhirnya Sandiaga Uno-lah yang dipinang Prabowo. Keputusan itu sempat membuat tensi politik di antara dua partai tersebut meninggi meski pada akhirnya Demokrat berlabuh ke koalisi Prabowo. Poyuono kemudian menyebut Demokrat dirangkul masuk Koalisi Indonesia Adil Makmur hanya karena iba.
Betapa tega Arief Poyuono dari @Gerindra tak hanya permalukan @SBYudhoyono kayak serangga undur-undur,tapi "sakitnya disini" malah @PDemokrat diajak gabung koalisi karena dilandasi kasihan tak bisa ikut Pemilu 2024 mendatang. Awal plin-plan akhirnya malu(https://t.co/7S9viDIaZ7)
— Prof. Yusuf L. Henuk (@ProfYLH) May 10, 2019
“Untung aja Demokrat nggak jadi gelandangan di Pilpres 2019 alias diterima untuk mengusung capres-cawapres. Kalau nggak, jadi gelandangan kayak Aswatama di Bharatayudha pada tahun 2024 alias nggak boleh ikut pemilu,” sebut Poyu.
Apa kata Partai Demokrat menanggapi klaim Poyuono yang mengaku bisa mengeluarkan nama AHY dari daftar cawapres Prabowo? Demokrat sama sekali tidak percaya.
Baca: Skenario Adu Domba Ormas Radikal Manfaatkan Prabowo dan BPN
“Poyu omong kosong,” kata Ferdinand.
Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon bahkan heran dengan klaim Poyuono. Andai benar, kata Jansen, Prabowo artinya bisa disetir.
“Wow, jujur saya surprise juga mendengar ucapan Poyuono ini. Berarti Poyu bisa nyetir Prabowo. Dan Prabowo bisa disetir oleh orang seperti Poyuono untuk urusan memilih cawapres,” kata Jansen
“Sekaligus mengonfirmasi ternyata di Gerindra posisi Waketum lebih tinggi dari Ketua Umum,” lanjut dia. (ARN/DetikNews)