arrahmahnews

Iran Tidak Akan Bernegosiasi dengan Setan Besar

TEHRAN – Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa Amerika Serikat akan “membuat kesepakatan” dengan Teheran, tetapi para pejabat Iran tampaknya tidak mau duduk di meja perundingan, mengingat AS mengerahkan pasukannya di sekitar wilayah Republik Islam yang diperangi.

Seorang pejabat senior di pasukan militer elit Iran mengesampingkan pembicaraan damai dengan Amerika Serikat, dan menyebut Washington sebagai “Setan Besar”.

“Bernegosiasi dengan setan, Quran mengatakan, tidak membuahkan hasil,” kata Laksamana Ali Fadavi, wakil koordinator Korps Pengawal Revolusi Islam, menurut Fars News.

Pentagon telah mengerahkan kapal induk dan armada pembom B-52 ke Timur Tengah, serta rudal Patriot, dan pesawat tempur F-15, di tengah lonjakan ketegangan.

BacaAnalis: Trump Harus Pecat John Bolton dan Pompeo jika Ingin Kurangi Ketegangan dengan Iran.

Tidak terpengaruh oleh unjuk kekuatan ini, Ali Fadavi menggambarkan kehadiran militer AS di kawasan itu “paling lemah dalam sejarah”.

Washington mengatakan alasan di balik pengerahan militer ke Timur Tengah adalah data intelijen yang menunjukkan bahwa Iran merencanakan serangan terhadap kepentingan regionalnya.

“Kami memiliki informasi yang tidak ingin Anda ketahui,” kata Presiden AS Donald Trump. “Mereka sangat mengancam dan kami harus memiliki keamanan besar untuk negara ini dan banyak tempat lainnya.”

Majid Takht Ravanchi, Duta Besar Iran untuk PBB, mengomentari klaim itu sebagai “intelijen palsu”.

Pada hari Jumat, pejabat dari Kementerian Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan militer mengirim 1.500 tentara tambahan bersama dengan jet tempur, pesawat tak berawak, dan sistem rudal anti-pesawat ke Timur Tengah.

Hubungan AS-Iran telah berantakan sejak Donald Trump berkuasa. Ketegangan mulai meningkat tahun lalu setelah dia menarik AS dari perjanjian nuklir 2015, mengutip kegagalannya untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran.

Pemerintahan Trump kemudian menampar sanksi ekonomi yang melumpuhkan negara kaya minyak, menargetkan sektor perbankan yang bertujuan untuk mencekik ekspor minyak.

Iran dan para penandatangan perjanjian yang tersisa (Rusia, Cina, Inggris, Prancis, dan Jerman) telah berulang kali mengkritik sanksi tersebut dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kesepakatan tersebut.

Sebelumnya pada bulan Mei, Teheran menghentikan sebagian komitmennya berdasarkan perjanjian dan memberikan ultimatum 60 hari untuk mencapai kesepakatan nuklir baru sebelum melanjutkan pengayaan uranium tingkat tinggi. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca