Internasional

Diwawancara Media Israel, Menlu Bahrain Blak-blakan Ingin Normalisasi Hubungan

Arrahmahnews.com, MANAMA – Bahrain dengan terang-terangan membuka hubungan rahasia yang sudah berlangsung lama dengan Israel, dimana menteri luar negerinya secara terbuka mengatakan bahwa rezim Manama menginginkan hubungan “damai” dan “lebih baik” dengan rezim pendudukan tersebut.

Menteri Luar Negeri Bahrain, Khalid bin Ahmed Al Khalifah, membuat pernyataan ini pada hari Rabu (26/06) dalam sebuah wawancara yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan The Times of Israel di sela-sela KTT Manama yang disponsori Washington mengenai kesepakatan Timur Tengah yang sangat kontroversial oleh Presiden AS Donald Trump.

Diplomat top Bahrain itu mengakui “hak atas kebebasan Israel”, dan mengatakan bahwa rezim itu tentu saja bias tetap berdiri.

Baca: PLO: KTT Bahrain Kedok AS untuk Normalisasi Arab-Israel

“Siapa yang kami tawari perdamaian melalui Prakarsa Perdamaian [Arab]? … Kami menawarkannya kepada Israel,” katanya. “Kami ingin hubungan yang lebih baik dengan mereka, dan kami menginginkan perdamaian dengan mereka.”

Inisiatif Arab, yang telah diadopsi oleh Liga Arab, menyerukan normalisasi hubungan antara Tel Aviv dan negara-negara Arab dengan imbalan penarikan Israel dari tanah yang didudukinya dalam perang 1967, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur al-Quds dan Dataran Tinggi Golan Suriah.

Khalifah juga mengklaim bahwa meski Bahrain mungkin satu-satunya negara Arab, selain Mesir dan Yordania, yang mengakui keberadaan Israel, negara-negara Arab lain di kawasan itu sebenarnya juga mengakuinya.

Israel memiliki hubungan diplomatik penuh dengan hanya dua negara Arab, Mesir dan Yordania, tetapi laporan terbaru menunjukkan Tel Aviv telah bekerja di belakang layar untuk menjalin kontak resmi dengan negara-negara Arab lainnya seperti Bahrain.

Baca: Ribuan Rakyat Maroko Turun ke Jalan Demo Tolak KTT Bahrain dan Kesepakatan Abad ini Trump

Menteri luar negeri Bahrain lebih lanjut mendorong Israel untuk mendekati para pemimpin Arab tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan proposal “perdamaian”.

“Datang dan bicara dengan kami. Bicaralah dengan kami tentang hal itu. Katakanlah, kawan, kalian memiliki inisiatif yang baik, tetapi kami memiliki satu hal yang membuat kami khawatir, ”katanya.

Khalifah juga mencatat bahwa Bahrain memandang KTT pimpinan AS yang berfokus pada bagian ekonomi dari proposal Trump tentang konflik Israel-Palestina, sebagai “perubah permainan” yang memungkinkan sebagaimana Camp David Accords 1978 antara Israel-Mesir.

“Sebagaimana halnya Camp David 1 adalah sebuah perubah permainan utama, setelah kunjungan Presiden Anwar Sadat (Mesir) ke Yerusalem al-Quds. Jika ini berhasil, dan kita membangunnya, dan itu menarik perhatian dan momentum, jadilah ini perubah permainan kedua,” katanya.

Baca: China-Rusia Sepakat Boikot KTT Pimpinan AS di Bahrain soal Palestina

Khalifa menekankan bahwa meskipun ia belum melihat bagian politik dari rencana Trump, yang disebut “kesepakatan abad ini,” tetapi dia optimis tentang hal itu.

“Kita harus menunggu. Saya tidak bisa membicarakan sesuatu yang tidak saya ketahui. Tetapi kami berharap bahwa rencana politik ini juga akan menarik bagi semua orang,” katanya.

Semua orang Palestina telah menolak kesepakatan itu dan memboikot acara terkait ini di Bahrain. Para peserta dalam pertemuan dua hari itu telah mengabaikan seruan bangsa Palestina untuk juga memboikot pertemuan itu. (ARN)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: