arrahmahnews

Boris Johnson Terpilih Jadi Perdana Menteri Inggris yang Baru

Boris Johnson

Arrahmahnews.com, London – Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, Boris Johnson akhirnya berhasil menduduki kursi Perdana Menteri Inggris, menggantikan Theresa May. Ia meraih 92.153 suara anggota partai yang berarti menjadikannya pemimpin partai sekaligus perdana menteri Inggris.

Dihadapan para anggtota inti dari partai Konservatif saat pidato kemenangannya, di pusat Ratu Elizabeth II di London, Johnson berjanji untuk “memberi energi” pada negara.

Dengan gaya bombastis yang khas, ia mengatakan akan “memberikan Brexit, menyatukan negara dan mengalahkan Jeremy Corbyn”.

Baca: Iran Tampar Boris Johnson: Inggris Terlibat Kejahatan Perang di Yaman

Pendakian Johnson ke jabatan perdana menteri menandai puncak dari karir politik yang luar biasa tetapi didapatnya dengan latar belakang radikalisasi ideologis dan fragmentasi nasional.

Dididik di Eton dan Oxford, Johnson melakukan pekerjaan jurnalistik pertamanya di Times pada akhir 1987. Ia kemudian pindah ke Daily Telegraph di mana menurut Tory senior dan mantan gubernur Hong Kong, Chris Patten, ia mendapat reputasi sebagai salah satu dari “ eksponen terbesar jurnalisme palsu ”.

Johnson juga mengembangkan reputasi untuk perilaku “nakal” jika tidak bias disebut kriminalitas langsung. Dalam beberapa rekaman yang berasal dari tahun 1990, ia setuju untuk memberikan alamat seorang jurnalis kepada seorang teman dekat yang berniat memukuli jurnalis tersebut.

Baca: Oposisi Inggris Serukan Pemilihan Segera Pasca Pengunduran Diri Theresa May

Berbicara kepada Guardian pada 14 Juli, jurnalis yang dimaksud, Stuart Collier (yang bekerja untuk News of the World pada saat itu), menuntut permintaan maaf dari Johnson sebelum menyatakan bahwa ia tidak layak untuk menjadi perdana menteri.

Ketika menjadi jurnalis di London, Johnson menuai kontroversi karena menulis soal kunjungan perdana menteri ke Republik Demokratik Kongo dengan menggunakan istilah rasis.

Johnson memasuki dunia politik pada tahun 2001 setelah ia memenangkan perlombaan untuk menjadi anggota parlemen untuk Henley di Oxfordshire. Ia terpilih kembali pada 2005 tetapi mundur pada 2008 untuk mengikuti pemilihan walikota London.

Baca: Menlu Inggris Boris Johnson Mengundurkan Diri

Keberhasilannya menjadi walikota melambungkan Johnson ke panggung utama politik Inggris. Karakternya yang lebih besar dari kehidupan, ditambah dengan kesediaannya untuk mengambil risiko, membuatnya disayangi kepada publik yang lebih luas, termasuk beberapa kritiknya yang sebelumnya.

Meskipun Johnson mendapatkan masa jabatan kedua sebagai walikota London pada tahun 2012, rekornya hampir tidak dapat digambarkan sebagai kesuksesan besar. The Guardian menggambarkan warisannya sebagai “serangkaian proyek kesombongan yang mahal yang akhirnya menelan biaya wajib pajak 940 juta pounds”.

Sejumlah pengkritik menyebut Johnson tidak layak menjabat perdana menteri karena sejumlah komentar dia terhadap berbagai isu. Johnson dituding sebagai tokoh Islamofobia setelah dia mengucapakan perempuan muslim yang memakai burka itu semacam ‘kotak surat’. Dia juga pernah menyebut Hillary Clinton seperti ‘perawat sadis di rumah sakit jiwa’ dan menolak Donald Trump sebelum dia menjadi presiden pada 2016.

Ketika pada 2015 Trump mengatakan sebagian wilayah London sudah teradikalisasi, Johnson membalasnya dengan mengatakan ‘satu-satunya alasan dia tidak mau ke New York adalah karena berisiko bertemu Trump’. Tapi kemudian sejak itu Johnson menjadi teman dekat Trump dan presiden AS itu mengatakan Johnson akan menjadi perdana menteri yang hebat. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca