arrahmahnews

Dahono Prasetyo: WASPADA! Lembaga Donasi Jadi Mesin ATM Kegiatan dan Gerakan Terorisme?

Gerakan teroris di Dunia Maya

Arrahmahnews.com, Jakarta – Setelah bikin geger membuka kedok hubungan intim Bukalapak dan ACT yang diduga bantu dana untuk teroris di Suriah.

Dahono Prasetyo menulis sebuah opini yang cukup mengagetkan, dia menjelaskan bagaimana lembaga donasi kemanusiaan disinyalir dijadikan mesin ATM untuk kegiatan dan gerakan terorisme.

Menurut Dahono, pemerintah dalam hal ini PPATK jauh hari sudah mengendus gelagat tersebut. Kita hanya butuh bersikap kritis pada aksi pengumpulan dana masyarakat berkedok kemanusiaan. Transaksi online yang makin marak menguras daya beli kita, menjadi lahan basah bagi mereka. Yang pasti mereka kini tidak perlu repot dari pintu ke pintu, naik turun bis demi menarik sumbangan kemanusiaan. Cukup kerjasama bagi hasil dengan berbagai E-commerce, maka urusan dana mengalir tinggal duduk manis cek saldo 1 jam sekali.

Di Eropa sendiri permasalahan lembaga donasi yang diwaspadai menjadi mesin ATM gerakan teroris, sudah menjadi bahan diskusi panjang para pakar. Bahkan seorang Peneliti di Bocconi university & PhD candidate  di Universitàs Genova dengan topik disertasi terorisme, pernah membawakan presentasi berjudul “Removing Terrorist Content Online: Public-Private Cooperation and the Challenges of Technology”.

Baca: Dahono Prasetyo Tuntut Transparasi Lembaga Donasi

Secara garis besar menggambarkan betapa sulitnya membuktikan aliran dana sumbangan kepada teroris yang berasal dari masyarakat. Inilah yang sedang terjadi di Indonesia.

Aksi teroris tidak melulu dengan cara angkat senjata. Upaya yang berkaitan dengan ideologi punya jangkauan masa depan yang tidak bisa dilihat sebatas perang atau aksi bom bunuh diri. Demo bersambung, forum Ijtima’, hingga radikalisasi di kampus juga menjadi upaya masif proses cita-cita mereka.

Aparat hukum dan otak terorisme sedang beradu cepat bergerak. Aparat yang tak henti mengendus dan mereka yang mencari celah di kecanggihan teknologi online. Membayangkan mereka sedang berupaya mengumpulkan dana besar untuk “membeli” oknum-oknum pejabat, petinggi BUMN, ormas, partai dan suatu saat membeli negara beserta Pancasilanya. Jika itu benar terjadi, berarti negara kalah. Dan kita tinggal puing-puing reruntuhan Bhinneka Tunggal Ika.

Baca: PPATK: Pola Baru, Teroris Dapat Dana dari Bisnis Legal dan Donasi

Seperti yang telah diduga, menjelang Hari Raya Idul Qurban, bagi pelanggan Telkomsel sebagian besar (mungkin seluruhnya) menerima SMS blasting. Sebuah pesan dari sebuah lembaga donasi tanpa kita pinta, berisi link donasi ibadah qurban.

Tidak ada yang aneh dalam dunia bisnis, SMS blasting menjadi sarana efektif memperkenalkan sebuah program. Meluaskan jangkauan massa sekaligus melayani secara online. Jika dikaitkan dengan ibadah qurban, artinya aktivitas itu sudah berada di wilayah “bisnis”. Itu yang pertama.

Yang kedua, jika kita buka link donasi tsel.me/ACTpromo maka akan bertemu tampilan semacam formulir untuk masuk ke tata cara berkurban secara online. Sekali lagi secara online. Dalam fitur tersebut ada jenis qurban yang di dalamnya terdapat beberapa pilihan hewan dan lokasi pengirimannya. Inilah bagian yang menarik untuk dikupas.

Baca: Sekjen Alsyami Komentari Perselingkuhan ‘Bukalapak dan ACT’ Soal Donasi Suriah

Di bagian ini ada yang lumayan “menggelitik” saat membaca pilihan:

QURBAN KAMBING SURIAH/GAZA (seharga Rp 4.750.000)

QURBAN SAPI SURIAH/GAZA (seharga Rp 33.250.000)

QURBAN UNTA (seharga Rp 27.500.000)

Ke tiga pilihan berkurban ala ACT alangkah “mulianya”. Bagaimana tidak, saat daging kambing dan sapi qurban di era milenia bisa jalan jalan hingga ke negara yang sedang berkonflik. Lupakan masalah si daging akan naik pesawat kelas bisnis atau ekonomi, abaikan juga kapan diserahkan dan siapa penerimanya. Yang penting niat mulia berkurban sudah ditangani lembaga kuratornya. Pilihan cara pembayarannya lengkap secara online, bahkan cenderung meniadakan pembayaran secara tunai. Calon pembeli bahkan bisa mendapatkan cashback jika paham lika liku transaksi secara virtual.

Baca: Dina Sulaeman: Tentang Bukalapak dan ACT ‘Pro Pemberontak Suriah’

Namun menjadi “kurang mulia” saat kambing dan sapi yang akan di ekspor seharga itu seukuran apa (sebagai pembeli setidaknya punya hak menyentuh barang yang dibelinya). Benarkah tersalur kepada yang berhak? Dijamin tidak salah alamat kepada pihak “penjahat kemanusiaan” (jika enggan disebut teroris) di Suriah dan Gaza. Yang lebih penting lagi pertanyaannya, benarkah uang yang kita kirim untuk membeli hewan qurban hanya bermodal kepercayaan dan nama besar sebuah lembaga kemanusiaan. Untuk pilihan qurban hewan unta, ya sudahlah. Itu lebih ribet mencari logikanya saat kita di sini dan unta di padang pasir bertemu di lembaga donasi. Masih mendingan bertemu unta di kandang kebun binatang.

Kadang kita lupa, urusan bisnis tidak pernah mengenal kawan sejati. Yang ada hanya kepentingan sejati (jangan lupa, kasus bisnis Dimas Kanjeng dengan penggandaan uangnya hanya bermodal kepercayaan tingkat dewa). Yang ingin disampaikan disampaikan disini adalah, sudah sebegitu sibukkah orang muslim. Hingga urusan ibadah mesti difasilitasi secara online? Bukan bermaksud menuduh lembaga donasi berbohong, tapi mbok ya jangan gitu gitu amat memutar balikkan logika kita. Makanya ACT (Ayo Cepat Terangkanlah). (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca