Arrahmahnews.com, Rusia – Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa “kebenaran historis telah dikorbankan untuk aliansi militer dan politik antara kedua Jepang dan Amerika Serikat.
“Tidak ada seorang pun presiden Amerika yang pernah meminta maaf kepada rakyat Jepang atas pemboman atom militer yang mengerikan dan tidak masuk akal di kota-kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharov pada forum pemuda semua-Rusia Terra Scientia dekat Moskow.
“Saat ini, sikap yang berlaku mengenai tragedi nuklir dari dua kota Jepang itu oleh Amerika Serikat dan juga Jepang, yang berada di bawah pengaruh propaganda AS, tidak ada hubungannya dengan kebenaran sejarah. Itu sepenuhnya tergantung pada pertimbangan politik yang berlangsung,” ujarnya sebagaimana dikutip TASS, Jum’at (09/08).
Baca: Korut Ancam Uji Coba Bom Hidrogen Skala Besar di Samudra Pasifik
Kebenaran historis telah dikorbankan untuk aliansi militer dan politik antara kedua negara, “tandasnya.” Sampai hari ini tidak ada satu pun presiden AS yang menyampaikan permintaan maaf sepenuhnya atas serangan bom atom, sebagaimana yang seharusnya dilakukan,” tambahnya.
“Masyarakat Jepang secara ketat seperti tabu menyebut di depan umum tentang fakta-fakta sederhana yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa itu. Di ruang publik, semua orang dengan susah payah diam tentang negara yang menjatuhkan bom atom pada penduduk sipil Jepang dan negara apa yang harus disalahkan atas kematian yang mengerikan dan tidak masuk akal dari banyak warga warganya,” tandas Zakharova lebih lanjut.
Baca: Iran: AS Biasa Bantai Warga Sipil Sejak Hiroshima
“Pemboman Hiroshima dan Nagasaki adalah contoh pertama dan untungnya contoh satu-satunya senjata nuklir digunakan untuk melawan penduduk sipil, “kata Zakharova.” Ini merupakan hasil dari Komite Sasaran yang dibuat oleh pemimpin AS pada musim semi 1945 yang dengan sengaja menahan diri dari serangan-serangan kecil terhadap Fasilitas militer Jepang. Faktanya, Washington sengaja memilih pemusnahan massal penduduk sipil. “
Militer AS melakukan pemboman nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II pada 6 dan 9 Agustus 1945. Tujuan resminya adalah mempercepat kapitulasi Kekaisaran Jepang. Pemboman adalah satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam pertempuran. Hingga hari ini, Amerika Serikat tidak pernah mengakui tanggung jawab moralnya. Mereka berpendapat bahwa tindakan seperti itu dibenarkan secara militer. (ARN)
