Amerika

Rouhani Peringatkan AS: Perang dengan Iran adalah Ibu dari Semua Perang

Tentara Iran

Arrahmahnews.com, Iran – Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan bahwa perang melawan Iran adalah “ibu dari semua perang”, sementara perdamaian dengan Teheran adalah “ibu dari semua perdamaian”.

Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Iran dimana Presiden Donald Trump memberikan sanksi pada bulan Juni terhadap pejabat yang terkait dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Hosseini Khamenei. Keputusan itu diikuti oleh sanksi AS terhadap Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif.

Dalam pidato yang disiarkan langsung di TV yang dikelola pemerintah pada hari Selasa (06/08), Rouhani juga menegaskan kembali kesiapan Teheran untuk duduk bersama Washington, hanya jika negara itu membatalkan semua sanksi terhadap Iran.

Baca: Rusia: Iran Takkan Sendirian Hadapi Kegilaan Amerika

“Republik Islam Iran menyukai pembicaraan dan negosiasi dan, jika AS benar-benar ingin berbicara, sebelum hal lain maka mereka harus mencabut semua sanksi,” ujar Rouhani menggarisbawahi.

“Kami selalu siap untuk negosiasi. Saya memberi tahu anda pada saat ini dan detik ini untuk meninggalkan intimidasi dan mencabut sanksi dan kembali ke logika serta kebijaksanaan. Kami siap,” ujar Rouhani.

Ia menambahkan bahwa Iran telah mengubah pendekatannya dari “kesabaran strategis” menjadi “tindakan timbal balik” dan akan menanggapi segala langkah Washington terkait dengan kesepakatan nuklir Iran 2015, yang juga dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Baca: Iran Kembali Sita Tanker Asing yang Selundupkan Minyak ke Negara-negara Arab

Ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat sejak 8 Mei 2018, ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik negaranya dari JCPOA dan memberlakukan beberapa putaran sanksi ekonomi terhadap Iran.

Tepat satu tahun kemudian, Teheran mengumumkan keputusannya sendiri untuk menangguhkan sebagian kewajiban berdasarkan perjanjian dan memberikan kepada para penandatangan lainnya – Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, China, dan UE, 60 hari untuk menyelamatkan perjanjian dengan memfasilitasi ekspor minyak serta perdagangan dengan Iran.

AS, pada gilirannya di bulan Mei, mengirim kapal induk dan pasukan tambahan ke Teluk Persia dalam “pesan langsung” ke Iran, kemudian pada bulan Juni, Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran menembak jatuh pesawat mata-mata AS. IRGC bersikeras bahwa kendaraan udara tak berawak (UAV) dijatuhkan di wilayah udara Iran. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca