Arrahmahnews.com, Surabaya – Pegiat medsos Iyyas Subiakto dalam akun facebooknya mengkritik DPR yang mengkebiri KPK dan Jokowi. Simak curhatannya:
Ketika saya memilihnya pada 2014, saya belum 100% yakin dia adalah pilihan saya sesungguhnya. Waktu itu hanya karena asal bukan Prabowo. Namun setelah itu ada sesuatu yang mendorong saya mau tau lebih jauh, saya membaca buku biografinya, dari sana hati saya makin yakin bahwa orang inilah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, dia datang bukan mampir makan, minum, dan setelah kenyang dia pergi.
Baca: Iyyas Subiakto: ILC dan Karni Ilyas Sumber Produk Kebencian
Saat ada kesempatan dialog di bulan Mei 2018 di Istana Bogor, saya menyimak lebih dalam bahwa dia akan membawa kejayaan Indonesia, dan dia paham aksinya akan banyak ditentang karena budaya korup dan KKN sudah mengental bak olie tap-tapan, warnanya hitam tanpa ada zat pelumas untuk additive sebagai pelindung hausnya mesin bekerja. Kondisi Indonesia sama dengan itu, putaran kebaikan menguap oleh panasnya keburukan akhlak para pejabat dan kroni yang masih meneruskan kebiasaan lama, hirupan kemewahan sebagai pejabat membuat semua dihalalkan, dan ujungnya negara yang dikorbankan.
Kelihatan begitu terang, bahkan lembaga DPR saja terus menyerang, KPK sebagai alat dan patner pembasmi korupsi beberapa kali mau di amputasi, diujung selesai masa bakti tahun ini DPR benar-benar menunjukkan taring brutalnya, mengebiri KPK dengan memotong beberapa kewenangannya, disini kita makin melihat, bahwa wakil rakyat ini makin tak bermanfaat, bahkan sudah menjadi bang***.
Baca: Iyyas Subiakto ‘Semprot’ Karni Ilyas dan Tv One “Stop Produksi Kebencian”
Jokowi, dia hadir untuk menata, bukan untuk meraup harta, dia bekerja untuk rakyatnya, bukan untuk keluarganya, tapi bak tikus got diasepi, semua maling keluar menghimpun kekuatan untuk membuat hambatan, agar Jokowi bisa digagalkan, termasuk menggagalkan pelantikannya, rencana gila itu sudah terasa sejak sidang MK, dan Jakarta yang nyaris dibuat membara, dan baru saja kelanjutannya mau menghanguskan Papua.
Sebegitu parahnya keburukan itu mendarah daging, seolah seperti menegakkan benang basah untuk memperbaikinya. Sudah jelas mengamputasi KPK agar mereka leluasa berbuat hal jahat, wakil rakyat kok jadi penjahat, sementara entah untuk apa wakil ketua MPR yang semula lima jd 10 orang. Tiga lembaga negara yang bak dewa, MPR, DPR, DPD entah apa gunanya selain makan gaji buta mereka sejatinya perongrong negara berbalut jabatan mereka hidup gaya-gayaan dengan pajak dari keringat rakyat, dasar ray**.
Kita tunggu kinerja DPR priode 2019-2024, karena isinya koalisi Jokowi yang mendominasi, harusnya bisa memberi nuansa memperbaiki, tapi kalau cengengesannya sama, akhirnya kita cuma bisa ngelus dada, dan cuma bisa berharap dari satu orang Jokowi dan tim kabinet kerja jilid 2, yang bisa membawa perubahan dan meletakkan pondasi kebaikan dalam balutan sistem yang bisa terjaga agar tak digarong para gali berbaju politisi.
Baca: Iyyas Subiakto: Jokowi Diserang Oposisi “Rakus”
Hidup masih koma, kita tunggu apa jadinya..mumpung ada Jokowi kita masih bisa optimis, nanti kalau dia tak ada, kita cuma bisa meringis melihat wakil rakyat bak binata** pengerat. Ah Indonesia, apakah kelak nasibnya seperti Sriwijaya, yang katanya tak pernah ada. (ARN)
