Arrahmahnews.com, YAMAN – Bentrokan sengit berlanjut pada hari Kamis (17/10) antara pasukan Islah dukungan Saudi dan Militan suku di provinsi Ma’rib, timur laut Yaman.
Menurut laporan Uprisingtoday, Pertempuran itu terjadi sehari setelah pengiriman minyak pertama dari ladang minyak Safer diekspor melalui lokomotif ke Shabwah.
Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa orang-orang suku bersenjata dari Al-Muthanna menyerang daerah-daerah yang dikuasai pasukan Hadi di dekat ladang minyak Safer, karena mereka menolak tuntutan orang-orang bersenjata itu untuk kompensasi atas serangan koalisi Saudi.
Sumber-sumber menunjukkan bahwa bentrokan kekerasan pecah antara kedua pihak, dan bahwa pasukan tentara yang setia kepada Partai Islah dan Hadi di Ma’rib menggunakan tank dalam pemboman ke daerah-daerah suku.
Baca: WOW! Pasukan Yaman Hancurkan Sistem Pertahanan Udara Koalisi Saudi di Ma’rib
Pada hari Rabu, daerah perbatasan antara provinsi Ma’rib dan Shabwah di Yaman timur menyaksikan bentrokan berdarah sebagai akibat keputusan Partai Islah untuk mengangkut minyak mentah dari ladang minyak Safer di Ma’rib ke wilayah Ayadh di Shabwah.
“Bentrokan bersenjata meletus antara milisi Islah dan orang-orang bersenjata di daerah al-Makhtam di provinsi Ma’rib selama proses pengangkutan minyak mentah dari ladang minyak ke daerah Ayadh dan kemudian ke pelabuhan minyak al-Nushayma di Shabwah,” sumber menjelaskan kepada Yaman Press Agency.
“Bentrokan itu mengakibatkan beberapa orang tewas dan terluka dari kedua belah pihak,” sumber menambahkan. Selain itu, orang-orang bersenjata suku berhasil mencegat pengiriman minyak.
Baca: Tentara Yaman Tembak Jatuh Helikopter Black Hawk Saudi di Ma’rib
Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu membakar satu dari 10 kapal tanker, sementara sisanya melanjutkan perjalanan, tetapi tidak jelas apa yang memotivasi orang-orang bersenjata itu untuk mencoba mencegat pengiriman.
Sebuah sumber di perusahaan minyak Safer mengatakan bahwa perusahaan melanjutkan ekspor minyak mentah pada hari Rabu untuk pertama kalinya sejak operasi dihentikan oleh perang pada awal 2015. (ARN)
