Arrahmahnews.com, SURIAH – Dua belas penjara untuk para teroris asing kini tidak lagi dijaga akibat operasi militer Turki di Suriah utara, yang dapat menyebabkan lonjakan migrasi teroris ke negara asal mereka. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan hal ini ada Hari Senin (21/10).
“Sebagai akibat dari tindakan tentara Turki di Suriah, delapan kamp pengungsi dan 12 penjara untuk militan asing tak lagi dijaga. Ini dapat menyebabkan lonjakan apa yang disebut migrasi balik teroris ke negara asal mereka,” kata Shoigu pada pertemuan pleno Forum Xiangshan, Beijing, sebagaimana dikutip Sputnik.
“Ada kebutuhan untuk mengkonsolidasikan upaya seluruh komunitas dunia untuk menghadapi tantangan teroris, ideologi dan propaganda mereka. Kementerian Pertahanan Rusia telah memperoleh pengalaman luas di bidang ini, yang siap kami bagikan dengan mitra kami di Asia, Wilayah Pasifik,” tambah Shoigu menekankan.
Baca: Kurdi Klaim 800 Teroris ISIS Lolos dari Tahanan Saat Serangan Turki
Ankara meluncurkan Operation Peace Spring pada 9 Oktober, mengatakan bahwa aksi militer itu bertujuan untuk menciptakan “zona aman” di dekat perbatasan Suriah-Turki setelah beberapa kali pembicaraan sia-sia antara Turki dan AS. Wilayah di sisi perbatasan Suriah saat ini dikendalikan oleh Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi, yang Ankara anggap berafiliasi dengan PKK organisasi terlarang di Turki.
Kemudian, gencatan senjata diumumkan setelah pembicaraan empat jam di Ankara antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Wakil Presiden AS Mike Pence, yang mengatakan bahwa gencatan senjata akan berlangsung selama 120 jam untuk memungkinkan penarikan pasukan YPG dari daerah tersebut dengan jarak sekitar 30 kilometer (sekitar 20 mil) dari perbatasan dengan Turki. (ARN)
