Arrahmahnews.com, Yaman – Menciptakan sebuah krisis adalah metode yang digunakan oleh koalisi agresi Saudi dan tentara bayarannya untuk menekan warga sipil Yaman. Pengepungan para agresor terhadap pelabuhan Hodeidah yang menyebabkan hilangnya sumber kehidupan rakyat telah membuat kelaparan meluas di kalangan penduduk, terutama anak-anak.
Khawla, dengan tubuh kurus yang berjuang melawan kematian, adalah bukti kebrutalan blokade Saudi dan kematian hati nurani internasional, yang diam dalam situasi ini.
Baca: Serangan Saudi di Hodeidah Langgar Perjanjian Gencatan Senjata
Awsan Al-Absi, ahli gizi di Rumah Sakit Revolusi Umum, mengatakan: “Kondisi anak ini telah diperburuk oleh ketidakmampuan orang tua untuk menyelamatkannya tepat waktu karena pengepungan terhadap Hodeidah.”
Perusahaan Minyak Yaman mengkonfirmasi bahwa terus berlanjutnya pembajakan kapal minyak yang tiba di pelabuhan Hodeidah oleh para agresor yang membawa kapal-kapal itu ke daerah yang tidak diketahui selama lebih dari dua bulan, padahal sudah melewati mekanisme inspeksi PBB di Djibouti dan mendapatkan izin untuk berlabuh di pelabuhan Hodeidah, telah memperparah keadaan.
“Agresor sengaja melakukan blokade terhadap Rakyat Yaman. Kami telah menunggu kapal selama 45 hari, situasinya kritis,” katanya sebagaimana dikutip Al-Masirah (01/10).
Baca: PBB: Yaman Sepakat Perkuat Gencatan Senjata di Hodeidah
Banyak upaya oleh para tokoh di provinsi itu untuk meringankan beban atas blokade yang dikenakan di kota pelabuhan tersebut selama lebih dari empat tahun, sementara agresor berusaha menciptakan krisis baru yang meningkatkan penderitaan warga sipil.
Upaya diplomatik yang dilakukan Kementerian Luar Negeri Yaman bekerja sama dengan organisasi-organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melepaskan kapal dianggap tidak memadai mengingat agresi dan pengepungan masih terus berkelanjutan. (ARN)