LEBANON – Mantan Perdana Menteri Libanon, Sa’ad Hariri, yang telah mengundurkan diri ditengah protes besar-besaran, mengatakan bahwa ia tidak akan memimpin pemerintahan negara berikutnya.
Hariri mengundurkan diri pada 29 Oktober setelah peluncuran protes, yang menuding pemerintah telah salah urus ekonomi dan melakukan korupsi. Ia dan kabinetnya sekarang akan tetap berkantor untuk sementara sampai negara mendapatkan pemerintahan baru.
Berbicara pada hari Selasa (26/11), Hariri sebagaimana dilaporkan AFP mengklaim bahwa pilihannya untuk tidak menjalankan pemerintahan berikutnya dimaksudkan untuk membuka jalan bagi pengangkatan pejabat baru.
Baca: Ribuan Rakyat Lebanon Gelar Unjuk Rasa Dukung Aoun Pasca Pengunduran Diri Hariri
“Saya sangat menaati aturan ‘bukan saya, tetapi orang lain’ untuk membentuk pemerintah yang (bisa) memenuhi ambisi para pemuda,” katanya.
Hariri juga menuduh kepemimpinan politik negara itu melakukan “praktik yang tidak bertanggung jawab,” dan menepis klaim Presiden Michel Aoun yang menuduhnya “tidak tegas.”
Sekarang Aoun harus mengumumkan “konsultasi parlemen yang mengikat,” sebuah proses yang menunjuk perdana menteri berikutnya. Presiden mengatakan bahwa ia akan mendukung pembentukan pemerintah yang mencakup teknokrat dan pemimpin politik di antara tokoh-tokoh lainnya.
Baca: Hizbullah Tolak Posisi AS dalam Pembentukan Pemerintah Baru Lebanon
Jumat lalu, gerakan perlawanan Hizbullah di Libanon, yang memiliki perwakilan dalam struktur politik negara itu, menyebut Amerika Serikat sebagai hambatan paling menonjol yang menghalangi pembentukan pemerintahan baru.
Berbicara kepada Reuters, Wakil Sekretaris Jenderal gerakan itu Sheikh Naim Qassem mengatakan bahwa Amerika “menginginkan pemerintahan yang mewakili mereka dan kami menginginkan pemerintahan yang mewakili rakyat Lebanon.” (ARN)
