TURKI – Seorang juru bicara pemerintah Turki, Fahrettin Altun, mengkritik kebijakan NATO terhadap Ankara, beberapa hari sebelum KTT aliansi itu dimulai pada 3-4 Desember. Altun dalam cuitan twitternya menjelaskan bahwa meskipun ada janji pertahanan kolektif soal serangan, dan setelah “kontribusi” Ankara yang berkelanjutan untuk aliansi itu, Turki belum menerima “dukungan kuat” apapun dari NATO.
Turkey has not received the kind of robust support it expected from NATO in recent years.
Despite this, Turkey has contributed to various NATO missions with its second largest army in the organization.
We will continue to contribute but also expect support for our concerns
— Fahrettin Altun (@fahrettinaltun) December 2, 2019
Altun sebagaimana dikutip Sputnik pada Senin (02/12) memperingatkan bahwa kegagalan untuk “secara memadai mengakui ancaman yang sah” dan kekhawatiran keamanan negara-negara anggota dapat “melemahkan” NATO dan menjadikannya tidak dapat dipercaya. Pernyataan Altun ini tampaknya merujuk pada keengganan aliansi itu dan negara-negara anggotanya untuk setuju dengan Turki dalam menyebutkan nama Kelompok Kurdi tertentu sebagai organisasi teroris.
Baca: Moskow: Tak Ada Agenda Gelar Pertemuan Rusia-NATO
Juru bicara itu menambahkan bahwa meskipun ada masalah, Turki akan terus berkontribusi pada pertahanan kolektif NATO, tetapi mengharapkan situasi saat ini berubah dan menerima quid pro quo.
Pernyataannya muncul menyusul beberapa laporan oleh Reuters yang mengatakan bahwa Turki memveto persetujuan rencana pertahanan NATO untuk Polandia dan negara-negara Baltik yang diduga karena penolakan negara anggota untuk menyetujui rencana terpisah untuk Turki setelah AS menarik dukungan. (ARN)