Riyadh – Rezim Saudi tampaknya memiliki keinginan yang tak terpuaskan untuk meneruskan agenda ideologisnya melalui penyebaran sentimen sektarian.
Arab Saudi telah menggunakan ratusan bot Twitter yang siap dipakai untuk mempengaruhi kepercayaan publik tentang kebenaran di balik krisis di Asia Barat.
Baca: Mata-matai Pengguna, Saudi Rekrut Karyawan Twitter
Tidak ada yang suka dengan sektarianisme ekstrem yang berusaha disebarluaskan oleh House of Saud, yang sejalan dengan doktrin Wahhabisme di negaranya. Sebuah ideologi fundamentalis yang menganggap mazhab lain, murtad dan kafir. Kelompok-kelompok teroris seperti Daesh dan al-Qaeda umumnya berideologi Wahhabi.
Ulama Saudi sering tampil di televisi dan menyerukan pembunuhan terhadap sesama muslim dan kelompok agama minoritas lainnya.
Baca: Analis: Arab Saudi Benci Melihat Kemesraan Iran-Irak
Hasutan genosida semacam itu legal di Arab Saudi, maupun di rezim yang didukung AS di negara-negara Arab lainnya di wilayah Teluk Persia.
Bulan lalu, Twitter mengungkap operasi misinformasi “signifikan” yang berasal dari Arab Saudi dan didukung oleh Riyadh. Menghapus lebih dari 88.000 akun yang terlibat dalam operasi, termasuk aktivitas melawan Iran.
Twitter mengeluarkan pernyataan yang mengatakan telah menghapus akun karena melanggar “kebijakan manipulasi platform” perusahaan yang berbasis di AS.
Dikatakan pihaknya berbagi “data komprehensif” tentang 5.929 akun, yang katanya “mewakili bagian inti” dari “jaringan yang lebih besar” lebih dari 88.000 akun.
Pada September 2019, Twitter mengatakan telah menutup akun terkait dengan “aparatur media pemerintah” di Riyadh, termasuk Saud al-Qahtani – pembantu dekat Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman.
Pada Januari 2018, Marc Owen Jones, seorang Research Fellow di Institute for Arab and Islamic Studies di Exeter University, menemukan ratusan bot Twitter yang digunakan Riyadh untuk mengalihkan opini publik dari kenyataan di Timur Tengah.
Baca: Bos Twitter Temui Putra Mahkota Saudi Pasca Skandal Spionase Terbongkar
Dalam sebuah artikel di blog pribadinya, Jones berpendapat bahwa rezim represif seperti Arab Saudi dan Bahrain telah menggunakan media sosial untuk mencegah penyebaran informasi tanpa sensor tentang pemerintah mereka sendiri.
Penulis mengatakan penyelidikannya telah mengungkap ribuan akun Twitter palsu yang digunakan untuk tujuan “mencemari tagar di sekitar Teluk Persia dengan propaganda anti-Syiah dan anti-Iran.”
Pada 2017, video Vox menyebarkan banyak poin pembicaraan menyesatkan untuk menjelekkan Iran. Video itu muncul tepat saat pemerintah AS yang anti-Iran, di bawah Donald Trump, sedang melakukan agresi terhadap Tehran.
Film berdurasi 10 menit, berjudul The Middle East’s Cold War, adalah contoh tentang bagaimana propaganda pemerintah AS merambah media.
Dengan bantuan mantan pejabat senior pemerintah dan analis CIA, video Vox mengartikulasikan narasi anti-Iran yang pro-AS, yang menggambarkan konflik di Asia Barat sebagai perang proksi sektarian antara Iran dan Arab Saudi.
Untuk melakukan itu, film tersebut secara kasar merendahkan keterlibatan AS di kawasan itu, memperlakukan Arab Saudi seolah-olah ia bertindak secara independen.
Video Vox mencerminkan perspektif CIA tentang Iran, pertama dan terutama dengan memuntahkan poin pembicaraan yang populer namun salah: Konflik kekerasan di Suriah, Irak dan Yaman adalah perang proksi antara Iran dan Arab Saudi, dan bagian dari Perang Dingin ‘baru yang lebih besar.’
Tampaknya terlihat di media AS, narasi itu menyesatkan karena dua alasan utama. Pertama, perang ini tidak semua konflik proxy. Kedua, Arab Saudi tidak bertindak secara independen dari AS.
Yaman adalah contoh yang bagus tentang betapa salahnya narasi ini.
Vox dengan santai menyatakan dalam video bahwa konflik di Yaman adalah perang proksi antara Iran dan Arab Saudi, bahkan sampai menyebut gerakan Ansarullah “proxy Iran.” Ini adalah titik propaganda keterlaluan yang digunakan oleh Gedung Putih dan Al Saud.
Menurut narasi pemerintah AS yang dijajakan oleh Vox dan hampir semua perusahaan media, para pejuang Ansarullah adalah ‘gerakan revolusioner yang didukung oleh Republik Islam.’
Bahkan kata Syiah tidak digunakan untuk merujuk ke Yaman sampai 2011. Ansarullah, nama resmi gerakan Houthi, adalah kelompok pejuang di Yaman yang didirikan pada 1990-an.
Baca: Kepala CIA Temui Raja Salman Pasca Terungkap Kasus Spionase di Twitter
Kenyataannya adalah perang terhadap Yaman adalah perang yang dipaksakan, dilakukan oleh Amerika Serikat, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Inggris dan beberapa negara lain, yang telah mati-matian berusaha mengembalikan presiden yang tidak populer, Abd Rabbuh Mansour Hadi, yang secara ilegal memperpanjang masa jabatannya dan kemudian secara resmi mundur sebelum ia melarikan diri ke Arab Saudi untuk mencari perlindungan.
Sejumlah besar tweet diproduksi oleh spammer milik Saudi dengan agenda sektarian, hasutan kebencian setiap harinya.
Possibly the most ridiculous trolls on Twitter are the pro-Saudi trolls. 17 followers each & one "everything's great in the kingdom" reply after another. Not that the regime cares, of course, but I wonder how much money they are paying to whatever PR firm is doing such a joke job
— Andrew Stroehlein (@astroehlein) January 6, 2020
With just 3 weeks to go until the commemoration of #Auschwitz75, the @AuschwitzMuseum has set itself a challenge on Twitter: 1 million followers.
You can help:
Please follow them, and…
Please share this message.
A key cause, most needed today: learning from history. https://t.co/nUnWrim5La
— Andrew Stroehlein (@astroehlein) January 6, 2020
For those following news on Iran closely for the 1st time, be forewarned that there is a *huge* online troll army (w/ funding from U.S. State Dep't, Saudis, etc., in part associated w fringe Iranian cult Mujahedin-e Khalq (MEK), in part linked to discredited fmr royal family…
— Golnar Nikpour (@g_nar) January 4, 2020
I see trolls are trying to manufacturer another conspiracy peddled by #MikePence to justify their stupidity & corruption. Soon all Republicans will say Iran caused 911 not Osama Bin Laden with Saudi money. #CorruptGOP #LiarInChief #MorningJoe #FoxNews
— Pro-Choice Mom (@SecularMomNC) January 6, 2020
Let's make it clear, the claim from war mongers that Americans were killed by Soleimani/Iran are talking about soldiers serving in war zones not civilians. We've indiscriminately killed civilians in the ME for decades. We shouldn't have ever been there in the first place! https://t.co/ZQsR5UtZf1
— Pro-Choice Mom (@SecularMomNC) January 6, 2020
“Trump’s threat to attack Iran’s cultural heritage shows his callous disregard for global rule of law. Whether refusing to condemn the brutal murder of Saudi dissident Jamal Khashoggi or pardoning convicted war criminals, Trump has shown little respect for human rights…”
— Andrew Stroehlein (@astroehlein) January 6, 2020
So, the Paris-Dakar Rally will go to neither Paris nor Dakar…
It's been moved to Saudi Arabia, where the government continues to imprison & torture women’s rights activists for advocating for the right to drive. #DakarInSaudi #StandWithSaudiHeroes https://t.co/4Hkc3VuzMp pic.twitter.com/pw6NdjJ2ob
— Andrew Stroehlein (@astroehlein) January 6, 2020
(ARN)