Amerika

Kenapa AS Bunuh Jenderal Soleimani?

Analis: Pembunuhan Soleimani Bentuk Keputusasaan AS Gagal Isolasi Iran

Amerika – Dennis Etler, seorang analis politik Amerika yang memiliki minat puluhan tahun dalam urusan internasional dalam wawancaranya mengenai pembunuhan Jenderal top Iran, Qassem Soleimani, menjelaskan bahwa pembunuhan sang Jenderal merupakan langkah putus asa AS setelah gagal dalam semua upaya untuk mengisolasi Iran.

Etler mengatakan bahwa semua upaya AS untuk mengisolasi Iran dengan membatalkan perjanjian nuklir dan memberlakukan sanksi ekonomi yang keras, tidak beralasan, serta ilegal terhadap Iran telah gagal total, dan upaya untuk mengacaukan Republik Islam secara internal juga baru-baru ini mengalami kekalahan.

Baca: Kemhan Rusia: Kematian Soleimani Akan Merusak Sistem Keamanan Global

Dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Sabtu (04/01), Etler, seorang mantan profesor Antropologi di Cabrillo College di Aptos, California, mengatakan, “Dalam mode klasik ‘dog wag’ Trump telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah ke tingkat yang baru. “Mengapa sekarang?” itu adalah teriakan yang terdengar di seluruh dunia. Mengapa AS tiba-tiba harus membuat insiden keparahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menempatkan kawasan dalam keterguncangan?”.

“Alasannya bermacam-macam. Upaya AS untuk mengisolasi Iran dengan membatalkan JCPOA (alias kesepakatan nuklir Iran) dan menjatuhkan sanksi ekonomi yang keras, tidak beralasan, dan ilegal terhadap Iran telah gagal total. Dengan menyakiti rakyat Iran, tindakan AS telah membangkitkan orang-orang merdeka di dunia untuk datang membela Iran,” katanya.

“Meski Eropa yang masih terbelenggu oleh hubungannya dengan AS, terus berdalih, Rusia dan China telah menunjukkan komitmen mereka terhadap kebebasan dan kedaulatan Iran secara militer, ekonomi dan diplomatik,” tambah Etler.

“Sebaliknya, upaya AS untuk mengguncang Iran secara internal juga baru-baru ini mengalami kekalahan, baik di dalam negeri di Iran, maupun di Irak. Perlawanan terhadap kehadiran AS di seluruh wilayah dari Suriah, Irak hingga Yaman telah meningkat. Semua ini telah menempatkan posisi AS di Timur Tengah dalam bahaya, mengharuskan upaya baru untuk menciptakan kekacauan guna menegaskan kembali kontrolnya dengan menciptakan sebuah insiden kecil yaitu pembunuhan seorang kontraktor pendudukan AS yag dituduhkan kepada PMU, lalu menggunakannya sebagai alasan untuk bertindak keluar dari semua proporsi, sampai ke titik di mana AS melanggar integritas wilayah dan kedaulatan negara Irak sebagai pembalasan, yang mengarah ke pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani,” jelas Etler lebih lanjut.

Baca: Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Gelar Rapat Luar Biasa Pasca Soleimani Terbunuh

“Faktor-faktor lain juga ikut berperan. Sidang pengadilan impeachment yang akan datang di Senat AS dan masalah domestik PM Israel Netanyahu, juga masuk ke dalam alasan ini,” ujarnya.

Etler menjelaskan bahwa baik Trump maupun Netanyahu, keduanya membutuhkan pengalihan isu dari keterpurukan politik mereka, dan cara apa yang lebih baik untuk melakukan itu daripada menyalakan sekering bom waktu di Timur Tengah.

“Trump mungkin berharap untuk mendapatkan pemilih melalui cara ini. Tapi penentangan terhadap kebijakan nekatnya memprovokasi Iran telah menimbulkan keraguan dan kecurigaan. Orang-orang Amerika terlalu sering dipanasi dan tidak akan mendukung peningkatan ketegangan di Timur Tengah serta perang yang akan datang dengan Iran,” kata sang analis menyimpulkan.

Baca: Media Zionis Isyaratkan Peran Israel dalam Pembunuhan Jenderal Soleimani

Letnan Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), dan Abu Mahdi al-Muhandis, komandan kedua Mobilisasi Populer Irak (PMU), tewas dalam serangan udara AS di Ibukota Irak, Baghdad, pada Jumat pagi. Serangan AS di Bandara Internasional Baghdad juga menewaskan delapan orang lainnya.

Pentagon mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump telah memerintahkan pembunuhan Jenderal Soleimani.

Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyid Ali Khamenei menjanjikan pembalasan pedih atas kematian komandan militer itu. Ayatollah Khamenei mengatakan, “orang-orang paling kejam di dunia” membunuh komandan “terhormat” yang “dengan berani berjuang selama bertahun-tahun melawan kejahatan dan penjahat dunia.” (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca