arrahmahnews

Urgensi Dakwah Islam Berwawasan Kebangsaan di Tengah Tantangan Gerakan Radikal

Jakarta – Menghadapi globalisasi zaman yang semakin merisaukan ini, dengan bertaburnya ustad-ustad online dan karbitan yang merongrong nasionalisme dan keberagaman Indoensia kita atas nama agama semakin berbahaya.

Untung saja tokoh-tokoh muda NU bersuara dan membela mati-matian seruan penipuan oleh kelompok radikal dan khilafah, salah satunya adalah Ahmad Muntaha AM, Sekretaris LBM NU Jatim dan salah seorang Narasumber TV9, yang akan akan mengadakan Training of Trainer (ToT) Dai Digital di PP Yanbu’ul Ulum Losari Brebes, 21-23 Februari 2020, ini adalah salah satu cara untuk menjelaskan kembali makna Kebangsaan kepada kaum milenial.

Baca Juga:

Ada beberapa hal yang patut dicermati pola-pola para perusuh bangsa yang ingin merusak negeri ini, antara lain:

Tantangan Pecah Bela Bangsa Pasca Kemerdekaan

Sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945, sebagai sebuah bangsa Indonesia tidak pernah sepi dari tantangan. Baik dari luar seperti kedatangan NICA (The Netherlands Indies Civil Administration) Belanda yang membonceng tentara Inggris 15 September 1945 untuk menggagalkan kemerdekaan; maupun tantangan dari dalam yaitu para pengkhianat yang justru bersekongkol dengan penjajah untuk memecah belah persatuan anak bangsa. Untuk tantangan terakhir ini, Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari sampai merasa perlu untuk terang-terangan dalam Fatwa 24 September 1945:

“Hoekoemja orang jang memetjah persatoean kita sekarang ini wajib diboenoeh”. (Kedaulatan Rakyat, Alim Oelama Menentukan Hoekoem Perjoeangan, 20 November 1945).

Baca Juga:

Bahkan dalam kesempatan lain Kiai Hasyim menegaskan:

“Maka barang siapa memecah persatuan umat yang sudah bulat, pancunglah leher mereka dengan pedang siapapun orangnya”. (Saifuddin Zuhri, Berangkat dari Pesantren, [Jakarta, Gunung Agung: 1987], halaman 343).

Tantangan Propaganda Dalih-dalih Agama

Di waktu berikutnya, justru tantangan memecah belah bangsa dibalut dengan dalih-dalih agama. Lagi-lagi NU yang gigih menghadapi di garda terdepan, sebagaimana ditegaskan oleh KH Idham Chalid, Ketua I PBNU yang saat itu juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri merangkap Kepala Badan Keamanan:

“Tugas saya yang paling berat adalah menghadapi gerombolan yang membawa dalil-dalil agama Islam, yaitu Darul Islam Kartosuwiryo di Jawa Barat, Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan, Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, dan Tengku Daud Beureueh di Aceh”. (https://historia.id/polit…/articles/kpk-melawan-di-tii-6mm4B)

Maka wajar bila dalam konteks sekarang kita temui perusuh negeri dengan dalih-dalih Islami terus bermunculan, macam Jamaah Anshorut Syariah (JAS), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharut Khilafah (JAK) dan jaringan teroris lainnya. Demikian pula dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah dibubarkan pada tahun 2017 yang lalu.

Namun perlu diingat, bahwa meski telah dibubarkan, jaringan radikal macam HTI tidak akan pernah benar-benar bubar dan mati. Mereka tetap beroperasi secara senyap dan diam-diam maupun terang-terangan, meski tidak begitu vulgar seperti sebelumnya.

Baca Juga:

Bukankah tokoh dan simpatisannya masih kita jumpai bebas melancarkan propagandanya di berbagai platform media sosial? Demikian pula dalam dunia off line?

Urgensi Dakwah Islam Berwawasan Kebangsaan

Nah, dalam kondisi seperti ini dakwah Islam berwawasan kebangsaan masih tetap dan selalu menemukan urgensi dan revansinya.

Tampaknya, PP Yanbu’ul Ulum Losari Brebes asuhan KH Abdul Halim Zawawi bersama Pusat Pendidikan Santri Bela Negara, berupaya secara serius mengokohkan dan mengembangkan dakwah Islam berwawasan kebangsaan itu dengan menyelenggarakan Training of Trainer (ToT) Dai Digital pada Jumat-Ahad 21-23 Februari 2020.

Selain KH Abdul Halim Zawawi, hadir pula Gus Najih Ramadhan Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Al Syami); Habib Husein Ja’far sosok dai habib gaul yang terkenal sebagai Youtuber dan kreator konten; dan saya sendiri, Ahmad Muntaha AM, yang memang secara pribadi punya ketertarikan terhadap pengembangan Fikih Kebangsaan dan Islam yang ramah Nusantara.

Baca Juga:

T.o.T. Dai Digital merupakan langkah strategis bagi pengembangan dakwah Islam yang tidak menghadap-hadapkan dan membentur-benturkan agama dengan negara, namun justru menyelaraskan keduanya. Dakwah Islam yang membawa kerahmatan bagi bangsa, bukan dakwah yang membawa kehancuran. Dakwah Islam yang menyejukkan dan menentramkan, bukan dakwah yang membawa kegaduhan dan kerusuhan.

Dai Digital

T.o.T. Dai Digital di PP Yanbu’ul Ulum Losari Brebes sebagai titik awal yang dapat diduplikasi dan dikembangkan di Pesantren, Kampus, maupun lembaga dan komunitas lainnya. Wallahu a’lam. (ARN)

Ikuti Update Berita di Channel Telegram Arrahmahnews

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: