Asia

Merebaknya Virus Corona Tingkatkan Rasisme anti-China di Seluruh Dunia

China – Menghadapi penyebaran virus korona di seluruh dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan keadaan darurat global kemarin sebagai tanggapan terhadap wabah tersebut. Naik dari yang semula hanya berjumlah 548 pada 22 Januari ke 9.600 kasus penyakit yang terkonfirmasi pada Jumat sore (31/01).

213 orang telah dinyatakan meninggal dunia dimana semuanya adalah warga China. Mayoritas infeksi dan lebih dari 95 persen kematian telah terjadi di provinsi pusat Hubei, khususnya di kota Wuhan, salah satu kota terbesar di China dan pusat transportasi utama. Organisasi Kesehatan Dunia telah memuji pihak berwenang Tiongkok atas tindakan cepat dan komprehensif yang diambil untuk memerangi virus ini, termasuk transparansi dan kesediaan mereka untuk bekerja sama dengan komunitas internasional.

Namun demikian, virus ini telah terlanjur menyebar ke seluruh dunia, dengan kasus yang dikonfirmasi di Amerika Utara, Australia dan banyak negara Eropa dan Asia. Dan seiring dengan menyebarnya virus ini, menyebar pula sentimen anti-China. Mirip dengan bagaimana Ebola dirasialisasikan sebagai penyakit khas Afrika, berita tentang coronavirus telah menyebabkan wabah sentimen anti-China di seluruh Barat.

Baca: Analis: Coronavirus Diciptakan untuk Melayani Tujuan AS

Bahkan di seluruh Eropa dan Asia, ada laporan bahwa orang-orang China ditolak dilayani di restoran. Di Kanada, anak-anak Tionghoa mengaku diintimidasi di sekolah. Sementara itu, di Paris, sebuah video seorang wanita Asia di kereta dikelilingi oleh orang-orang kulit putih yang menutupi wajah mereka dengan ketakutan menjadi viral.

Banyak ketakutan yang muncul ini berdasar pada stereotip lama tentang Yellow Peril (bahaya kuning), sebuah keyakinan rasis bahwa orang-orang Asia Timur membanjiri negara-negara Barat dengan penyakit.

Yellow Peril telah menjangkiti komunitas imigran di AS sejak gelombang imigrasi China pertama kali pada abad ke-19. Satu surat kabar Prancis mencetak tajuk “Yellow Alert (Peringatan Kuning)!” Di halaman depan, menunjukkan bahwa negara itu menghadapi “Yellow Peril baru.”

Baca: Gempar, Seorang Wanita Tionghoa Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona

Ketika dua pertiga dari orang pertama yang membawa virus diketahui pernah mengunjungi pasar hewan hidup di Wuhan, satu hipotesis muncul bahwa itu ditularkan ke manusia melalui kontak hewan, mungkin melalui kelelawar. Ini kemudian menjadi stereotip bahwa orang-orang China memiliki standar kebersihan yang buruk dan akan memakan apa saja. Satu video online tentang seorang wanita muda Tiongkok yang makan sup kelelawar menyebabkan banjir kebencian online (termasuk dari media) mengklaim bahwa tindakan itu tidak wajar dan menyalahkannya atas wabah tersebut.

Sedikit yang mau tahu bahwa video itu sebenarnya telah lama, berusia lebih dari tiga tahun dan sebenarnya direkam di Palau, sebuah negara yang jaraknya ribuan mil dari China.

Baca: Politisasi Virus Corona, Yusuf Muhammad ‘Semprot’ Petinggi PKS Hidayat Nur Wahid

Rhea Liang, seorang dokter keturunan China di Queensland, Australia, mengungkapkan bahwa pasiennya menolak menjabat tangannya karena takut virus corona, padahal Liang sebenarnya dari Selandia Baru dan belum meninggalkan Australia sejak wabah ini dimulai.

“Ini rasisme,” simpulnya.

Sementara itu, setelah artis TV memposting foto dirinya dengan band pop Korea BTS, seorang pengguna twitter mengomentari bahwa “James Corden meninggal karena virus corona”, dan komentar rasis ini berhasil mendapatkan 25 ribu like di Twitter.

Ini hanya sedikit contoh dari kebencian negatif terhadap orang-orang Tionghoa yang meluap ke permukaan. Contoh lain adalah postingan twitter dimana seorang pengguna mengatakan, “Karena beberapa orang di China yang makan kotoran aneh seperti kelelawar, tikus, dan ular, seluruh dunia akan menderita wabah.”

Baca: Presiden Xi: China Hadapi Situasi Serius dengan Merebaknya Virus Corona

Tetapi jika orang Amerika khawatir tentang kemungkinan wabah penyakit, mereka tidak perlu melihat jauh-jauh ke China. Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan kemarin mengungkapkan bahwa lebih dari 40 persen orang negara itu tidak selalu mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi. Sementara itu, sebuah laporan baru yang dirilis minggu lalu menemukan bahwa lusinan air minum kota-kota besar, termasuk Washington, D.C., Philadelphia, New Orleans dan Miami, telah ditemukan mengandung bahan kimia beracun yang menyebabkan kanker. Akan tetapi laporan itu tidak diberitakan secara dramatis seperti pemberitaan virus corona.

Daging di Amerika juga dikenal memiliki masalah kebersihan yang serius, dengan laporan menemukan bahwa daging yang disediakan untuk pangan penuh dengan kotoran. Bahkan salah satu ketakutan serius di Inggris adalah bahwa Brexit akan menyebabkan negara itu dibanjiri dengan daging impor dari Amerika yang berbahaya yang sebelumnya dilarang di bawah peraturan Uni Eropa.

Menurut jajak pendapat Pusat Penelitian Pew terbaru, hanya seperempat orang Amerika melihat China secara positif, dengan hampir dua pertiga memegang opini negatif secara terbuka tentang negara itu, dengan hasil yang sama ditemukan di seluruh Barat. Berita terbaru ini, lengkap dengan gelombang xenophobia, tidak mungkin memperbaiki situasi tersebut. (Alan MacLeod/MintPressNews/ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca