Arab Saudi

Mohammed bin Salman Ingin Jadi Raja Sebelum KTT G-20

Riyadh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sedang berusaha untuk menjadi raja sebelum KTT G20 yang akan diselenggarakan pada bulan November di Riyadh. MbS ingin gunakan kesempatan tersebut sebagai panggung untuk mengganti ayahnya Raja Salman, Middle East Eye melaporkan.

Pewaris tahta, yang juga dikenal sebagai MBS, meluncurkan kampanye pembersihan para pangeran senior dan berpengaruh untuk membuka jalan bagi suksesi dirinya.

Pada hari Sabtu, The Wall Street Journal mengatakan Arab Saudi menahan empat orang pengeran, termasuk saudara raja Salman dalam pembersihan anggota keluarga kerajaan atas dugaan upaya kudeta untuk menggulingkan Raja Salman dan putranya.

Baca Juga:

Dua orang Saudi yang dekat dengan keluarga kerajaan mengatakan Nayef bin Ahmed bin Abdulaziz telah ditangkap pada hari Sabtu, WSJ melaporkan.

Dia adalah pangeran keempat yang ditahan setelah penahanan ayahnya Ahmed bin Abdulaziz, bersama dengan mantan Pangeran Mahkota Mohammed bin Nayef dan saudara tirinya Nawaf pada hari Jumat.

Menurut Middle East Online yang berbasis di London, Mohammed bin Salman tidak akan menunggu ayahnya Raja Salman mati. Sebaliknya, putra mahkota akan memaksa ayahnya yang menderita demensia untuk turun tahta.

“Dia ingin memastikan menjadi raja,” kata satu sumber.

Sumber itu juga mengatakan bahwa pangeran Ahmed telah diminta untuk mendukung suksesi bin Salman, yang ia tolak.

Ahmed tidak merencanakan kudeta -alasan yang jelas diberikan untuk penangkapannya- dan ditangkap tepat setelah memasuki istana, di mana ia diberitahu bahwa audiensi dengan Raja Salman menunggunya. “Dia tidak melihat raja. Itu benar-benar pengkhianatan,” kata satu sumber.

Baca Juga:

Kembali pada tahun 2017, Mohammed bin Salman memerintahkan pembersihan puluhan tokoh kerajaan Saudi, menteri, dan pengusaha dalam kampanye “anti-korupsi”, yang dilihat sebagai upaya untuk meredam perbedaan pendapat tentang dirinya.

Sumber itu mengatakan kepada Middle East Online bahwa Mohammed bin Salman telah meluncurkan tindakan keras karena dia khawatir bahwa Donald Trump, yang merupakan salah satu pendukung terbesarnya, mungkin tidak akan terpilih sebagai presiden AS lagi.

Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo secara konsisten menolak untuk meminta pertanggungjawaban putra mahkota atas pembunuhan jurnalis Saudi Jammal Khashoggi, yang dimutilasi di konsulat Saudi di Istanbul pada tahun 2018, di bawah perintah langsung putra mahkota.

Trump dan Pompeo telah memblokir panggilan untuk investigasi kriminal oleh Biro Investigasi Federal AS atau PBB. Di bawah Trump, Washington juga dengan murah hati membantu perang yang dipimpin Saudi di Yaman, yang dirancang oleh MBS. (ARN)

Ikuti Update Berita di Channel Telegram Arrahmahnews

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: