Yaman – Pemimpin gerakan Houthi Ansarullah Yaman mengecam Arab Saudi dan Uni Emirat Arab karena menggunakan program televisi tertentu untuk mempromosikan hubungan dengan Israel dan merendahkan perjuangan Palestina melawan pendudukan.
“Mereka yang secara langsung berkoordinasi dengan Israel, atau melalui perantara yang bersekutu dengan Israel, adalah mitra dalam kejahatan mereka,” kata Abdul-Malik Badreddin al-Houthi dalam sebuah pidato pada hari Kamis, sebagaimana dikutip jaringan televisi Yaman al-Masirah.
Baca Juga:
- Turki Telanjangi Kemunafikan UEA di Suriah, Yaman dan Libya
- Le Monde: Diambang Krisis Keuangan, Dubai Cabut Lockdown
Al-Houthi menambahkan bahwa berkolusi dalam kejahatan yang dilakukan oleh rezim Israel adalah di antara tindakan “paling berbahaya”.
“Kejahatan yang dilakukan oleh Zionis adalah yang paling signifikan. Ini karena ruang lingkup kejahatan mereka meluas ke seluruh umat manusia mengingat besarnya cakupan pengaruh Zionis terhadap negara-negara besar, ”katanya.
“Orang-orang harus menghindari memberikan bantuan kepada Israel, Amerika Serikat atau pendukung mereka,” tambah al-Houthi.
Pemrograman pro-Israel di Riyadh
Pernyataan Al-Houthi ini disampaikan sebagai tanggapan atas penayangan serangkaian produksi media oleh negara-negara Teluk Persia tertentu yang mempromosikan hubungan dengan Israel.
Serial televisi “Umm Haroun” yang baru adalah salah satu program yang diproduksi oleh Middle East Broadcasting Centre (MBC) milik Saudi yang berbasis di Dubai.
Serial yang disutradarai oleh Ahmed Gamal el-Adl dari Mesir di Uni Emirat Arab ini dibintangi seorang aktris Kuwait yang berperan sebagai bidan Yahudi asal Turki yang tinggal di negara Teluk Persia sebelum menetap di wilayah pendudukan Palestina.
Baca Juga:
- Televisi Al-Manar Rilis Video Serangan Dahsyat Hizbullah ke Israel
- Kunjungi Sudan, Delegasi UEA Rekrut Milisi Bayaran untuk Perang Libya
Outlet berbahasa Ibrani N12 melaporkan pada hari Minggu bahwa banyak yang percaya Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman terlibat dalam penayangan serial ini karena ia tertarik pada hubungan yang lebih dekat antara kerajaan dan Israel.
Gerakan perlawanan Palestina Hamas di Gaza mengecam serial TV itu sebagai “upaya politik dan budaya untuk memperkenalkan proyek Zionis ke masyarakat Teluk Persia”.
Para kritikus menganggap pertunjukan itu sebagai undangan untuk hubungan normal dengan Israel. Acara ini secara konsekuen memicu badai kemarahan di dunia Arab.
Penayangan serial ini berlangsung ketika Riyadh, bersama dengan negara-negara Teluk Persia tertentu lainnya seperti UEA, telah bergerak untuk mempererat hubungan dengan rezim Israel, khususnya sejak tahun lalu. (ARN)
Ikuti Update Berita di Channel Telegram Arrahmahnews