Nasional

Ketika Preman Berjubah Ulama

JAKARTA – Umat Islam Indonesia harus benar-benar berhati-hati karena sekarang ini semakin banyak bermunculan ulama-ulama dan ustadz-ustadz palsu. Ulama dan ustadz palsu ini bukannya membuat umat menjadi semakin damai, cerdas, patuh pada aturan, ikhlas menerima cobaan, ramah, dan menjadi rahmatan lil alamin tapi sebaliknya justru mengajak umat Islam untuk menjadi pemberontak, garang, intoleran, membenci, mengumbar kemarahan, dan memusuhi pemerintah dan orang2 yg tidak seide dengannya.

Yang namanya ulama dan ustadz itu semestinya mendasarkan semua sikap dan tindakannya pada ajaran agama dan bukan pada nafsunya. Sedangkan ajaran agama Islam soal bagaimana seharusnya umat Islam bersikap pada pimpinannya sangat jelas dan tertera dalam Alquran dan hadist.

BacaSayid Agil Al-Munawwar; Ustad-Ustad Muda di TV yang Bikin “Nek”

Ulama dan ustadz palsu membahayakan stabilitas negara, baik dalam masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Seharusnya para ulama, ustadz, cendekiawan, guru agama yang ada memahami hal ini karena ini adalah sejarah yang jelas dalam ajaran Islam. Seharusnya para ulama, ustadz, cendekiawan, guru agama yang ada selalu berupaya untuk mencegah umat Islam untuk melakukan bughat dengan menentang pemerintah yang sah baik dengan ucapan atau tindakan, sekali pun menurut mereka tidak adil, curang, dll.

Sungguh aneh dan memalukan jika ada ulama, ustadz, guru agama, cendekiawan muslim yang justru mengajak umat islam untuk menentang pemerintah yang sah, memusuhi dan membangkang pada perintahnya. Apakah mereka ingin menjadi neo khawarij yang patut diperangi oleh pemerintah yang sah?

Berhati-hatilahlah dengan orang yang menggunakan hadist tertentu sebagai kedok untuk melampiaskan nafsu membangkangnya pada pemerintah. Menyampaikan kebenaran pada penguasa ada caranya dan bahkan sudah disampaikan dengan sangat jelas pada kisah Nabi Musa. Nabi Musa saja yang ditugaskan untuk berdakwah pada Firaun yang jelas-jelas zalim diminta untuk menyampaikan ajakannya kepada kebenaran dengan kata-kata lembut.

BacaDina Sulaiman “Semprot” Fahri Hamzah, Industri Radikalisme Itu Ada

Ketika penguasa dianggap keliru, maka dinasehati dengan cara yang baik. Menasehati di sini adalah kata-kata yang pantas, dengan argumentasi yang kuat, dan lemah lembut. Bukan dengan mengumbar aib penguasa di hadapan orang banyak dengan penuh kebencian dan kemarahan seperti yang dilakukan dan disiarkan melalui media.

Sudah seharusnya bahwa seorang ulama atau ustadz lebih mengajak umat Islam untuk lebih patuh terhadap ulil amrinya, menenangkan hati umat, mengajak umat untuk lebih banyak berdoa, mendukung dan membantu pemerintah untuk mengatasi masalah besar yang sedang kita hadapi ini. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca