Jakarta – Sebuah video ceramah dari Ustadz Zainal Abidin mendadak viral setelah ia menyebut lagu berjudul “Balonku” dan “Naik-naik ke Puncak Gunung” sebagai ajakan untuk membenci Islam dan dan bisa merusak akidah Islam khususnya kepada anak-anak.
Sontak tagar #LaguAnakMurtad menjadi tranding topic, tak kurang dari 4000 cuitan menghebohkan jagad twitter, yang diwarnai suara-suara sumbang netizen +62.
Baca Juga:
- Prediksi Kiamat Meleset, Ahmad Zainul Muttaqin “Semprot’ Ustadz Akhir Zaman
- Ceramah Khalid Basalamah Pantas Dibubarkan
Wahabi yang doyan kopar-kapir dan memurtadkan seseorang atau golongan, sontak membuat ustad H. Miftahul Chair gatal untuk meluruskan kesesatan ustad Wahabi yang mengatakan bahwa lagu Balonku Ada 5 & Naik-Naik Ke Puncak Gunung adalah lagu yang menanamkan kebencian kepada Islam dan bisa merusak akidah Islam khususnya kepada anak-anak.
Berikut ulasan ustad Miftahul Chair yang diposting diakun Facebooknya:
Zainal Abidin provokator agama yang merusak citra agama menjadi sangat sempit, cup’ik pandangan dan membuat Islam menjadi agama yang kaku dan dungu karena dia mengatakan bahwa lagu Balonku itu lagu yang mengajarkan kebencian terhadap Islam. Inilah paham wahabi yang merusak itu.
Alasannya karena yang meletus adalah balon yang berwarna hijau dan hijau adalah warna Islam. Tentunya ini tidak bisa diterima, lagu Balonku itu diciptakan oleh AT. Mahmud yang jelas-jelas adalah orang Islam yang penuh karya dan prestasi. Tidaklah mungkin dia membuat lagu yang mengajarkan kebencian terhadap agama sejak dulu.
Di sisi lain, warna hijau bukanlah warna identik Islam. Nabi Muhammad Saw tidak mengajarkan warna-warna tertentu sebagai warna Islam karena warna bukan jiwa jadi tak memiliki agama. Kalau hijau jadi warna Islam, tentu itu hal yang kontras, dalam hadits shahih riwayat Muslim Nabi Saw menyebutkan bahwa beliau diberi dua warna yang menjadi perbendaharaan atau warna penting yakni merah dan putih bukan warna hijau.
Baca Juga:
Kalau mau diidentikkan justru hijau warna kematian. Karena hijau itu warna pakaian surga yakni sundus, sedang menuju surga itu harus mati dulu. Hijau juga simbol warna ketakutan karena sering dipakai sebagai warna sidang misalnya meja hijau. Ada yang mati karena panik di meja hijau untuk mempertanggungjawabkan skripsi maupun disertasi.
Pengaitan warna dengan simbol terkadang tidak bisa diresponsif sebagai citra sesuatu lantaran banyaknya konten penggunaan itu yang terus menerus. Contohnya warna putih, dalam Islam itu digunakan untuk kain kafan, baju saat ibadah walaupun Nabi Saw sering menggunakan warna putih tapi tidaklah putih itu jadi warna Islam.
Balonku Ada 5 adalah lagu anak-anak yang mengenalkan macam-macam warna agar anak-anak mudah memahami dan mengerti hapal warna tersebut. Dalam lagu itu diajarkan bahwa kita harus menjaga baik-baik hal yang kita miliki. Jadi lagu itu selain menghibur ada edukasi dan proteksi yang terkombinasi.
Adapun lagu naik-naik ke puncak gunung bukanlah lagu yang merusak akidah atau mengeneralisir bahwa lagu itu lagu Kristen lantaran dalam lagi itu ada lirik pohon cemara lantaran pohon tersebut dijadikan pohon natal.
Intinya sejak kapan pohon beragama, kalau pohon atau sesuatu apa pun digunakan oleh pemeluk satu agama tidaklah lantas menjadikan sesuatu tersebut jadi memiliki agama apalagi orang beragama harus mempunyai KTP.
Pohon cemara adalah pohon ciptaan Tuhan jadi bebas digunakan oleh siapa pun tanpa memandang agama. Sama seperti jenggot, jenggot itu tidak ada kaitannya dengan sunnah atau menjadi muslim dengan berjenggot karena sinterklas pun berjenggot, pendeta Yahudi pun berjenggot.
Hidup harus dalam keterbukaan, biasakan open minded bukan narrow minded menyikapi persoalan yang ada. Tidak selalu segala hal dihubung-hubungkan dengan agama sehingga jadi cocokologi akhirnya.
Baca Juga:
- Polisi Diraja Malaysia Sahkan Wahabi Ajaran Terorisme
- Ada Nama “ANNAS’ dalam Rekam Jejak Terorisme di Indonesia
Lagu naik-naik ke puncak gunung diciptakan oleh seorang wanita lagi-lagi Islam juga orangnya yaitu Ibu Soed atau Saridjah Nuing. Tentunya beliau sangat paham dalam membuat lagu. Terkadang pencipta lagu itu terinspirasi dengan hal-hal yang berada di sekitarnya. Rumahnya yang dekat pegunungan, jalan menujunya itu dikelilingi pohon cemara yang tak memiliki agama. Kalau gak percaya tanyalah pohon cemara itu apa agamanya!
Lagu ini mengingatkan kita untuk menjaga kelestarian alam. Sesekali dakilah gunung itu untuk mengingatkan kita pada kebesaran Sang Pencipta.
Wahabi Sumber Ilmu Cocokologi
Tak biasa dipungkiri, ilmu cocoklogi berkembang subur dalam pemikiran wahabi. Tak terkecuali Ustadz Zainal Abidin.
Wahabi adalah suatu paham yang mencocokkan suatu peristiwa, tulisan, dugaan-dugaan absurd, dan tidak berdasarkan fakta yang berakhir dengan suatu dugaan konspirasi. (ARN)
Sumber: Akun FB Ustadz Miftahul Chair.
