Amerika

Ancaman Trump ke China Tanda AS Krisis Parah

Amerika Serikat – Kepresidenan Trump saat ini berada dalam kondisi krisis. Ia sekali lagi terekspos sebagai “seorang kaisar tanpa pakaian.” Dia kalah di semua lini dan sebagai hasilnya, menyerang ke segala arah. Tapi semua upayanya yang mati-matian rupanya tak berpengaruh dan jumlah jajak pendapat tentangnya terus tenggelam ketika pemilihan November semakin dekat.

Selama minggu terakhir saja, Mahkamah Agung yang dipikir Trump sudah di kantongnya, telah memutuskan mendukung lawan-lawannya, memperluas perlindungan hukum kepada pekerja LGBT dan menjaga keutuhan perintah era Obama yang melindungi anak-anak imigran tidak berdokumen.

Baca Juga:

Penolakan Trump terhadap kedua inisiatif diatas telah menjadi ciri khas pemerintahannya. Dengan cara yang sama, kebijakan-kebijakan lainnya yang ditujukan terhadap imigran, seperti pembangunan tembok di sepanjang perbatasan Meksiko, dan upayanya untuk menghukum “kota-kota suaka” telah dihancurkan oleh keputusan pengadilan. Kebijakan Trump lainnya, seperti penghapusan Obamacare juga telah menemui kekalahan.

Trump selama ini juga menggunakan retorika politik “peluit anjing” rasis untuk menjadi pangkalan bagi sebagian besar pria kulit putih, mengasingkan orang kulit hitam, Hispanik, kulit putih berpendidikan, dan wanita dalam prosesnya. Dukungannya terhadap pasukan polisi yang berfungsi sebagai pasukan pendudukan di komunitas kulit hitam dan hispanik juga menjadi bumerang dengan protes massa multiras terhadap kebrutalan polisi dan pembunuhan terhadap pria kulit hitam yang melanda negara itu.

Selain semua itu, respons kriminal Trump terhadap pandemi Covid-19 menyebabkan AS memiliki jumlah kasus terbesar dan jumlah kematian yang meroket hingga menyebabkan ditutupnya ekonomi, dan menjadikan krisis ekonomi di AS meningkat dengan proporsi tak terbayangkan. Karena itu ia dihadapkan pada situasi serba salah, baik tetap menutup ekonomi sampai pandemi mereda, atau membuka ekonomi dengan resiko ratusan ribu kematian yang seharusnya tidak perlu.

Baik keparahan pandemi dan krisis ekonomi yang terjadi adalah hasil kesalahan Trump. Trump lebih peduli dengan menandatangani kesepakatan perdagangan dengan China dan menjaga Pasar Saham pada rekor tertinggi daripada yang lain, karena ia melihat mereka sebagai tiket untuk masa jabatan kedua.

Tapi rencananya meleset dan ia sekarang menghadapi resiko pemilihnya terus berkurang setiap hari. Hingga November nanti, kemungkinan pandemi tidak akan menghilang secara ajaib dan ekonomi tidak akan pulih secara luas. Ribuan orang masih akan sekarat dan jutaan masih akan menganggur.

Baca Juga:

Dengan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihadapi Trump sekarang ini,rupanya hanya ada satu retorika yang dimilikinya, yaitu menyalahkan China. Trump berkilah Pandemi itu bukan hasil dari sikap ngawurnya, tetapi kegagalan China untuk mengendalikan penyebarannya.

Dan retorika ini terbukti salah. Penelitian baru secara tegas menunjukkan bahwa virus corona beredar di Italia beberapa minggu sebelum diidentifikasi di China dan sebagian besar strain virus di AS berasal dari Eropa bukan China. Menyematkan kesalahan pada China tidak lagi bisa menahan gelombang. Tapi itu tidak akan menghalangi Trump untuk terus menuding siapapun yang disukainya. Trump hanya bisa bersungut-sungut tentang perfusi Cina yang seharusnya.

China, di sisi lain, bisa lebih santai melihat kesulitan Trump. Mereka akan terus melakukan apa yang mereka anggap perlu, melindungi kedaulatan nasional mereka di Hongkong, Taiwan, Xinjiang. Tibet dan Laut China Selatan dan mendukung teman-teman mereka di Korea Utara, Iran, Venezuela, Kuba, dan Afrika. Semua makian dan intrik yang dikerahkan AS untuk mencoba dan merendahkan China tidak akan berpengaruh.

Baca Juga:

Mengingat prospek suram yang dihadapi Trump, ia telah kembali ke sikapnya yang lama, rewel dan mengomel, seperti anak kecil yang manja. Tak seorangpun harus menganggap serius apa yang ia katakan. Ancamannya untuk memutuskan hubungan dengan China hanyalah omelan orang gila yang melolong ke arah bulan. (ARN)

Dennis Etler adalah seorang analis politik Amerika yang memiliki minat puluhan tahun dalam urusan internasional. Dia adalah mantan profesor Antropologi di Cabrillo College di Aptos, California. Dia menulis artikel ini untuk situs web Press TV.

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d