New York, Arrahmahnews.com – Rusia pada Selasa (30/06) mengecam komentar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, di Dewan Keamanan PBB yang mendesak perpanjangan embargo senjata atas Iran, mengatakan bahwa tekanan Washington atas Teheran seperti “menekankan lutut” di leher negara tersebut.
Awal bulan ini, AS mengedarkan rancangan resolusi tentang keinginannya kepada dewan beranggotakan 15 negara itu, tetapi anggota dewan pemilik hak veto yaitu Rusia dan China telah mengisyaratkan penolakan mereka terhadap langkah tersebut.
Baca Juga:
- AS, Saudi dan Israel Pimpin Perlombaan Senjata di Kawasan, Bukan Iran
- Ejekan Pedas Zarif: Pompeo Sesatkan Dunia soal Embargo Senjata Iran
Reuters melaporkan bahwa dihadapan dewan, Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menggambarkan kebijakan itu sebagai “kebijakan mencekik maksimum”.
“Tujuannya adalah untuk menciptakan perubahan rezim atau menciptakan situasi di mana Iran benar-benar tidak akan bisa bernafas. Ini seperti menekankan lutut di leher seseorang, ”katanya merujuk pada kematian seorang pria berkulit hitam di Minneapolis setelah seorang polisi kulit putih menekankan lututnya di leher pria tersebut selama hampir sembilan menit. Kematian George Floyd memicu protes di seluruh Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Nebenzya memperingatkan resiko “eskalasi yang tak terkendali” jika AS memaksa untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran atau menjatuhkan sanksi AS yang dapat membatalkan kesepakatan nuklir.
“Apa yang kita dapatkan pada akhirnya adalah eskalasi yang tidak terkendali,” katanya.
Baca Juga:
- China dan Rusia Tolak Rencana AS Perpanjang Embargo Senjata PBB atas Iran
- Rusia: Upaya AS Perpanjang Embargo Senjata ke Iran Picu Krisis di DK PBB
Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan pada hari Selasa untuk membahas laporan terbaru oleh Sekretaris Jenderal Amerika Serikat Antonio Guterres tentang implementasi embargo senjata dan pembatasan lainnya yang masih ada berdasarkan perjanjian nuklir.
Laporan Guterres mengatakan bahwa rudal jelajah yang digunakan dalam beberapa serangan terhadap fasilitas minyak dan bandara internasional di Arab Saudi tahun lalu “berasal dari Iran”.
Jika Washington tidak berhasil dalam memperpanjang embargo senjata, mereka mengancam untuk memicu pengembalian semua sanksi PBB terhadap Iran di bawah kesepakatan nuklir, meskipun AS telah meninggalkan kesepakatan itu pada 2018. Para diplomat mengatakan bahwa Washington akan menghadapi pertarungan yang sulit dan kacau. (ARN)